Saturday, December 30, 2017

Cernak Majalah Bobo Ed. 37 th.2017: Si Jaduk

Cernak ini ditulis saat masih belajar di kelas Merah Jambu dengan tema deskripsi tempat.
Ide yang sempat terpikir adalah tempat wisata. Nah, saat berwisata murah meriah dengan anak-anak, memberi makan rusa di istana Bogor, ada satu rusa yang sama sekali tak tertarik disodori wortel. Mungin rusa itu sudah kekenyangan... Tapi idenya saya buat cerita tentang rusa yang sombong bernama Jaduk, si rusa bertanduk hebat!

Alhamdulillah, setelah beberapa lama menunggu, munculah ilustrasi Jaduk di majalah kesayangan anak-anak... Majalah Bobo Edisi 37 tahun 2017. Terima kasih buat kakak editor dan kakak ilustratornya...

Ini dia penampakan si rusa bertanduk hebat...


Majalah Bobo Edisi 37 tahun 2017




Monday, December 25, 2017

Cermis Majalah Bobo Ed. 36 th.2017: Bel Hantu di Gudang Kosong

Yuhuuu... Cermis kedua saya tayang di Majalah Bobo...
Judulnya sih lumayan serem, ada hantu-hantunya gitu. Tapi ceritanya logis kok... Bisa dipahami oleh anak-anak. Apalagi anak-anak yang suka dengan pelajaran sains... :D

Idenya didapat dari cerita suami waktu kecil dulu. Setiap pulang ngaji, dia selalu lari terbirit-birit ketakutan mendengar suara drum kosong yang selalu berbunyi sendiri. Tapi lama kelamaan, akhirnya dia menyadari, kalau suara itu bukanlah suara hantu yang seperti ia bayangkan.
Ketik ketik ketik... saya tulis ceritanya dengan seting lain ditambah bumbu misteri...

Jadilah cerita ini tayang di Majalah Bobo (terbit 14 Desember 2017) dan dapat dinikmati oleh pembaca anak-anak di Indonesia. Terima kasih redaksi Majalah Bobo... :)

Oh iya, cerita ini tambah terasa seram dengan hiasan ilustrasi oleh Kak Dhian...



Ilustrator : Dhian




Majalah Bobo Edisi 36 tahun 2017



Tuesday, November 7, 2017

Resensi Buku dimuat di Harian Singgalang 5 november 2017: Kekuatan Cinta untuk Sang Bunda

Buku Aku Sayang Bunda ini, memang sudah lama saya cari dari beberapa tahun yang lalu. Semenjak belajar menulis di kelas merah jambu, mbak Nurhayati Pujiastuti sudah menyebut judul ini. Teman-teman lain pun menyebut buku ini ceritanya direkomendasikan untuk belajar menulis cerita anak. Tapi sayang, bukunya sudah tidak lagi beredar di pasaran.

Beberapa bulan yl, tidak sengaja saya melihat cover buku ini muncul lagi di status FB Penerbit Indiva. Saya coba ajukan permintaan reward dari resensi buku Indiva yang lain. Dan, alhamdulillah... terima kasih kakak Indiva sudah mengirim buku Aku Sayang Bunda dan Zia Anak Hebat karya Kak Linda Satibi, ke rumah saya.

Dan memang tidak salah... Buku ini cocok sekali untuk direkomendasikan.... Berikut resensinya...



Kekuatan Cinta untuk Sang Bunda

 

Judul               :  Aku Sayang Bunda
Penulis             :  Nurhayati Pujiastuti
Penyunting      :  Ririen Djoemadi
Penerbit           :  Penerbit Lintang Indiva
Tahun              :  Cetakan 4 - Desember, 2016
Tebal               :  96 halaman
ISBN               :  978-602-8277-36-5

            Bagi sebagian anak, sosok ibu tiri masih dianggap sebagai sosok yang menyeramkan. Cerita-cerita tentang sosok ibu tiri yang kejam, begitu melekat di benak anak-anak. Padahal tak semua ibu tiri memperlakukan anak-anaknya dengan tidak baik. Salah satunya ibu tiri yang merawat Nayla.
            Awalnya Nayla tak percaya akan cerita Wati, temannya, yang mengatakan kalau bundanya sekarang bukanlah bunda betulan (halaman 7). Nayla yakin, bundanya terlalu baik untuk menjadi seorang ibu tiri. Tapi setelah mencari tahu, Nayla mendapati bahwa ia memang mempunyai bunda lain, selain bunda yang kini tinggal bersama dan merawatnya. Bunda betulan, bunda yang mengandung dan melahirkannya.
            Cerita terus bergulir. Nayla mencoba mencari keberadaan bunda betulannya. Nayla akhirnya mengetahui kalau ternyata bunda betulannya adalah seseorang yang berpenyakit jiwa. Bundanya harus selalu dikurung karena sering mengamuk, berteriak dan melotot menyeramkan. Bahkan bundanya itu menjadi bahan ejekan anak-anak, sehingga membuat Nayla menangis. Dan yang menyedihkan, neneknya bahkan tak mau memberikan pengobatan untuk bundanya. Walaupun takut dan malu, tapi sebagai seorang anak Nayla juga ingin membantu sang bunda. Dengan kemampuan Nayla sebagai seorang anak-anak, ia berusaha untuk membuat sang bunda untuk mendapatkan pengobatan yang layak (halaman 60).
            Tak banyak kita temui buku yang berkisah dengan tema masalah berat yang dihadapi oleh seorang anak, seperti masalah yang dihadapi oleh Nayla. Bagi seorang anak, mengetahui memiliki ibu kandung yang berpenyakit jiwa tentu bukanlah perkara mudah. Namun penulis cerita, Nurhayati Pujiastuti, mampu mengemas kisah yang berat itu menjadi sebuah kisah yang inspiratif untuk anak-anak.
            Novel fiksi anak ini, ceritanya mengalir lincah. Di setiap akhir bab selalu ada bagian cerita yang membuat penasaran untuk membuka bab selanjutnya. Di akhir cerita, pembaca dapat menangkap banyak pesan. Diantaranya, bahwa anggapan umum tentang ibu tiri belumlah tentu benar. Dan pesan yang paling inspiratif adalah, bahwa setiap anak punya kekuatan untuk bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya walau berat sekalipun. Kekuatan itu berasal dari dalam hati berupa rasa kasih sayang.
            Tak heran jika novel anak islami ini menjadi pemenang cerita fiksi anak terbaik IKAPI IBF (Islamic Book Fair) tahun 2012. Novel ini terus dicetak ulang dari tahun pertama penerbitan 2012 sampai sekarang mencapai cetakan ke-empat. Oleh karenanya, novel ini sungguh sayang untuk dilewatkan. Selamat membaca…
             


 

Saturday, September 30, 2017

Buku: Kumpulan Cerpen PBA - Kebun di Atas Awan


Buku ini adalah buku kedua dari Kumpulan Cerpen PBA dimana saya ikut berkontribusi naskah di dalamnya. Tema dari buku ini adalah tentang Lingkungan. Kak Nelfi Syafrina menjadi PJ dari naskah buku ini. Judul naskah "Kebun di Atas Awan" dijadikan judul cover buku ini.



Bangga rasanya naskah saya bisa satu buku dengan naskah-naskah penulis bacaan anak lainnya. Sebut saja ada Kak Tethy Ezokanzo, Kak Ruwi Meita, Kak Linda Satibi, Kak Lina Lina, Kak Yosep Rustandi, Kak Fransisca Emilia, Kak Yudadi, Kak Rosiana, Kak Karunia Sylviany, Kak Ratna Puji Lestari, Kak Ami Susiani, Kak Mudrikah, Kak Putri Nurbaiti, Kak Zahra Qomara, Kak Aulia Manaf, Kak Irma Februantini, Kak Abu, dan penulis cilik Kak M. Rafidh. Keseluruhannya ada 20 cerita anak yang asyik untuk dibaca dan sarat akan pesan terhadap lingkungan.

Cerita anak yang saya tulis, berjudul Misteri Hutan Keramat. Berupa dongeng dengan setting hutan dan desa di pinggirnya di jaman dahulu kala. Oleh penduduk desa, hutan itu dikeramatkan, karena telah membawa korban. Masuk kedalam gelapnya hutan, namun tak pernah bisa kembali pulang ke desa. Namun suatu hari, datang seorang pengembara yang tak mengenal rasa takut. Pengembara itu lalu memutuskan ingin memasuki hutan keramat untuk mengetahui mengapa hutan itu menelan korban.

Penasaran kan, apakah pengembara itu bisa kembali pulang ke desa? Apakah ia menemukan rahasia di balik hutan keramat itu? Kira-kira apa ya rahasianya?




Naskah di dalam buku ini banyak diilustrasi oleh mantox studio. Juga beberapa ilustrator lainnya. Ilustrasinya keren-keren. Terimakasih Kang Maman Mantox untuk ilusrasi kerennya...

Yuk yang penasaran untu membaca buku ini, silakan pesan ke penerbitnya bitread. Ini link nya
http://bitread.id/book_module/book/view/842/kebun_di_atas_awan/


#Yukmembaca
#KumcerPBA



Buku: Kumpulan Cerpen PBA - Surat dari Rumah Akasia


Alhamdulillah bulan September 2017 ini, saya menerima paket dari Penerbit Bitread. Isinya, buku-buku Kumpulan Cerpen dari komunitas Penulis Bacaan Anak (PBA). Saya memesan 4 judul buku. Tapi 2 judul buku diantaranya lebih spesial buat saya… Buku yang berjudul Surat dari Rumah Akasia dan Kebun di Atas Awan.




Kenapa buku Surat dari Rumah Akasia menjadi spesial?

Pertama, karena itu adalah karya pertama saat saya mulai belajar menulis cerita anak dan akhirnya terseleksi untuk dibukukan oleh PBA. 

Kedua, karena melalui naskah itu saya bisa sebuku dengan anak saya si mbarep Rubee Putri, dan satu buku dengan dua teman seperjuangan di kelas Merah Jambu, mbak Kalya Inovie dan mbak Husna Ilyas.




Ketiga, bisa satu buku dengan penulis-penulis cerita anak yang namanya sudah sering didengar di media atau dilihat di toko-toko buku, seperti Kang Iwok Abary, Rh.Mandala, Yulina Trihaningsih, dan penulis-penulis keren lainnya. Jadi, isi ceritanya pun nggak diragukan… bagus-bagus! Apalagi cerita didalamnya bertemakan Bermain di Lapangan. Sudah pasti, pembaca bakal menemukan banyak keseruan dalam cerita-cerita di buku ini.

Naskah saya di buku ini berjudul Radit dan Ladang Jagung. Bercerita tentang anak-anak dengan grup futsalnya yang akan berkompetisi di tingkat kota. Mereka mempunyai seorang pemain kunci yang bisa membawa grup futsalnya memperoleh kemenangan. Penasaran nggak, apa hubungannya antara pemain kunci, ladang jagung, zombi dan kemenangan grup futsal mereka?





Ada lagi cerita yang saya suka, berjudul Aksi Dudit karya Kak Iwok Abqary. Bercerita tentang si Dudit yang meminta teman-temannya berkumpul di suatu tempat. Tapi sayangnya, Dudit tak mengatakan untuk apa teman-temannya diminta berkumpul. Ada yang menebak, kalau Dudit akan membawa permainan baru, ada juga yang menebak Dudit akan mengenalkan teman baru. Sampai akhirnya salah satu temannya bisa menebak saat Dudit datang dengan membawa kantong plastik hitam besar ditangannya. Kira-kira apa ya yang akan dilakukan Dudit? Cerita ini memancing penasaran pembaca untuk mengetahui apa yang ingin dilakukan Dudit bersama teman-temannya.

Cerita unik kak Rh.Mandala, tak kalah unik. Bercerita tentang Ide-Ide Aneh Andit yang bisa membuat pembaca terkejut. Cerita Mata Hantu karya Kak Wahyu Annisha, cerita seram tentang anak-anak memecahkan misteri mata merah yang mereka lihat saat menangkap kunang-kunang. Cerita kakak adik yang bingung mau main apa yang bisa dilakukan bersama-sama karya si mbarep Rubee Putri. Cerita tentang keseruan tinggal di dalam hutan akasia jauh dari keramaian, karya Kak Onie Daulat. Dan kesemua cerita, diilustrasi oleh ilustrator buku bacaan anak yang menjadi anggota PBA juga.

Yuk jangan ketinggalan baca buku ini… Bisa  langsung pesan ke penerbitnya ya…
Ini alamatnya: http://bitread.id/book_module/book/view/813/surat_dari_rumah_akasia_1

Selamat Membaca… J

Thursday, September 28, 2017

Cernak Majalah Bobo No. 24 th. 2017: Bebek Kemping

Whoaaa... setelah sekian lamanya nggak disapa Majalah Bobo, Alhamdulillah naskah saya akhirnya mejeng juga. Judulnya Bebek Kemping.

Sebetulnya ide cerita ini adalah oleh-oleh dari pulang kampung ke rumah mbahnya. Pas jalan-jalan ke pematang sawah, dari kejauhan tengah sawah ada yang memasang tenda biru. Bingung dong buat apa? Masak iya ada acara kondangan tenda biru ada di tengah sawah... hihihi...  Terus yang keluar masuk tenda itu, rombongan bebek yang bergerak berduyun-duyun. Ternyata pas dijelasin, tenda itu adalah kandangnya bebek yang bisa dibuat berpindah-pindah. Orang-orang sana menyebutnya Bebek Kemping.

Bebek Kemping sepertinya lucu kalau dijadikan judul cerita. Ketik ketik ketik, jadilah cerita berjudul Bebek Kemping. Naskah ini diilustrasi oleh Kak Jenny.

Yuk simak ceritanya.. :)




Wednesday, August 16, 2017

Resensi Buku dimuat di Harian Singgalang 13 Agustus 2017: Teladan dari Kisah Masa Kecil Nabi dan Rasul

Buku ini sudah dapat tanda tangan dari penulisnya langsung, Kang Iwok Abqary. Walapun pertama kali dicetak tahun 2010, tapi di tahun ini kembali cetak ulang. Itu pasti karena buku ini banyak manfaatnya untuk anak-anak. Membuka wawasan krucil-krucil di rumah, tentang sejarah masa kecil Nabi dan Rasul.

Berikut, isi resensinya. Dimuat di Harian Singgalang 13 Agustus 2017
Mau tahu lebih detail isi bukunya? Yuk dicari di rak buku anak di toko-toko buku...
Selamat membaca :)


  


Teladan dari Kisah Masa Kecil Nabi dan Rasul

  

Judul               :  Masa Kecil Nabi dan Rasul
Penulis             :  Ridwan Abqary
Penyunting      :  Ridwan Fauzy, Yuni Mulyawati dan Rangga Saputra
Penerbit           :  Dar! Mizan
Tahun              :  Cetakan I,  Maret 2017
Tebal               :  116 halaman
ISBN               :  978-602-420- 100-5

            Setiap orang besar pasti memiliki masa kecil. Tak terkecuali orang-orang pilihan Allah seperti Nabi dan Rasul. Dan sebagai orang-orang terpilih, masa kecil Nabi dan Rasul pun tentu memiliki keunikan tersendiri dibandingkan masa kecil orang-orang biasa.
            Dalam buku Masa kecil Nabi dan Rasul, merangkum 9 kisah yang dialami oleh Nabi dan Rasul semasa kecilnya. Salah satunya adalah kisah masa kecil Nabi Ibrahim A.S yang dilahirkan pada jaman kekejaman Raja Namrud. Nabi Ibrahim lahir dan besar di sebuah goa yang tersembunyi, karena Raja Namrud tak ingin ada seorang bayi laki-laki pun yang terlahir di wilayah kerajaannya. Dalam keadaan bayi yang baru berumur beberapa hari, Ibrahim harus berpisah dari kedua orang tuanya dan tinggal sendiri di dalam goa. Namun, atas kuasa-Nya, Allah memberikan mujikzat pada Nabi Ibrahim melalui air susu yang memancar dari ibu jarinya (halaman 15). Ia tumbuh besar dan selamat dari kekejaman Raja Namrud.
            Saat Nabi Ibrahim mulai beranjak besar, ia mulai bertanya-tanya tentang pekerjaan ayahnya sebagai pembuat berhala. Ia juga heran mengapa berhala buatan ayahnya, kemudian disembah oleh orang-orang yang membelinya. Ia sama sekali tidak menyakini kalau berhala-berhala itu adalah Tuhan seperti yang orang-orang katakan (halaman 23).
            Nabi Ibrahim kecil selalu berpikir bahwa Tuhan itu pasti ada. Ia terus mencari keberadaan Tuhan. Saat melihat bintang, bulan dan matahari, ia sempat mengira kalau itu adalah Tuhan. Namun saat malam berganti siang dan siang berganti malam, benda-beda langit itu pun menghilang dan berganti. Nabi Ibrahim kecil tak suka Tuhan yang menghilang. Ia menyadari kalau benda-benda itu pun bukanlah Tuhan. Pada akhirnya Allah SWT, membukakan hati Ibrahim dan memberi petunjuk agar tidak mempersekutukan Tuhan dengan ciptaan-Nya termasuk bumi dan langit (halaman 26).
            Begitupun dengan masa kecil Nabi Muhammad SAW. Semenjak lahir, beliau tidak pernah disusui oleh ibunya. Beliau disusui dan dirawat oleh perempuan bernama Halimah As-Sa’diyyah. Saat berumur tiga tahun, Muhammad kecil mengalami kejadian yang tidak biasa. Dua orang laki-laki yang tak dikenal membawa Muhammad kecil. Halimah merasa cemas kalau-kalau Muhammad kecil dicelakai orang. Saat mencarinya, Halimah menemukan Muhammad kecil duduk di tengah lapang. Orang-orang di sekitar lapangan menceritakan kalau dua orang yang membawanya itu telah membuka atau membelah dada Muhammad. Untunglah Muhammad kecil masih selamat.
            Tak berapa lama, Halimah akhirnya mengetahui. Atas perintah Allah SWT, malaikat Jibril telah ditugaskan untuk membersihkan dan menyucikan hati Muhammad (halaman 110). Saat membuka dada Muhammad, malaikat Jibril membuang segumpal darah kotor dan mencuci jantungnya dengan air zamzam lalu dikembalikan ke tempat semula.
            Dari kisah-kisah diatas, dapat dilihat bahwa Allah telah mempersiapkan orang-orang yang terpilih untuk menjadi Nabi dan Rasul dari semenjak kecil. Atas kuasa-Nya mereka diberikan bekal, mujikzat bahkan ujian dan cobaan. Semenjak kanak-kanak, mereka sudah ditempa agar di saat dewasa siap untuk menjalankan tugas sebagai utusan Allah untuk menyampaikan wahyu bagi umatnya.
            Tentunya kisah-kisah masa kecil Nabi dan Rasul lainnya juga tak kalah menarik. Seperti masa kecil Nabi Ismail A.S yang akan dikurbankan, Nabi Yusuf A.S yang dijatuhkan ke sumur tua, Nabi Musa A.S yang dihanyutkan di sungai, Nabi Isa A.S yang mampu bicara ketika baru lahir, dan kisah-kisah masa kecil nabi lainnya.
            Dengan membaca kisah-kisah masa kecil Nabi dan Rasul di dalam buku ini, anak-anak dapat mengambil hikmahnya dan menjadikan teladan untuk mereka.          
           
Diresensi oleh Ruri Irawati, Pembaca dan Penulis Cerita Anak  

Monday, July 31, 2017

OPINI - Dimuat di Kabar Madura 27 Juli 2017

Maksud hati ingin coba ikut lomba artikel tema parenting yang diadakan kemendikbud. Apa daya, nulisnya mepet banget deadline. Padahal syaratnya harus terlebih dahulu dimuat di media masa atau media online.

Artikel Opini yang  saya kirim, ternyata dimuat di Koran Kabar Madura. Hanya saja, tanggal pemuatannya jauh sudah melewati tanggal DL kirim lomba... Hehehe... memang belum rejekinya... Paling tidak sudah belajar membuat tulisan opini... :D





Peran Keluarga dalam Menanamkan Nilai Kesederhanaan
Oleh. Ruri Irawati

Mencermati berita perkembangan gaya hidup saat ini, sebenarnya membuat saya merasa miris. Mungkin bagi sebagian orang merasa bangga, ketika negara Indonesia dijadikan salah satu tempat launching perdana gawai merek internasional edisi teranyar dengan spek tercanggih. Padahal tiga bulan yang lalu baru saja dikeluarkan seri yang hanya berbeda sedikit spek dengan edisi terbaru bulan ini. Namun, tentu saja, masyarakat yang tak mau ketinggalan trend akan berlomba-lomba melirik gawai edisi teranyar itu.
Perilaku Konsumtif 
Tak dipungkiri fenomena seperti itu hadir di negara kita. Tanpa disadari, masyarakat Indonesia dibuat menjadi pengikut-pengikut trend yang selalu haus akan produk-produk terbaru. Perilaku konsumtif tumbuh subur dan akhirnya menjadi gaya hidup. Konsumsi bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan, melainkan pemenuhan keinginan yang tak ada habisnya. Lalu, siapakah yang akan diuntungkan? Mereka adalah orang-orang yang memproduksi segala macam bentuk barang untuk memenuhi gaya hidup.
            Tentunya, perilaku konsumtif sangat berdampak negatif pada diri sendiri dan juga orang lain. Untuk memenuhi perilaku konsumtif, pasti memerlukan uang yang banyak. Apabila, uang itu tidak bisa dipenuhi dari cara yang halal, cara cepat yang dilakukan adalah melakukan tindakan tidak terpuji. Yaitu dengan mengambil hak orang lain secara sembunyi-sembunyi seperti korupsi dan mencuri ataupun secara terbuka seperti merampok dan memeras. Jadi sangatlah jelas, perilaku konsumtif merupakan salah satu faktor terjadinya tindak kejahatan.
            Itu sebabnya kita perlu berhati-hati dengan perilaku konsumtif. Salah satu cara melawannya adalah dengan kembali membudayakan pola hidup sederhana. Seperti orangtua dahulu sering katakan, hiduplah secukupnya jangan berlebihan. Sesuatu yang berlebihan tidak akan membuat kita merasa cukup.
Pola hidup seseorang terbentuk atas kebiasaan berperilaku sehari-harinya. Tanpa adanya perubahan yang mendasar, maka pola hidup ini akan terbawa terus sepanjang usia. Begitupun pola hidup sederhana, yang harus ditanamkan semenjak kanak-kanak. Peran keluargalah yang menjadi ujung tombak untuk menanamkan nilai-nilai kesederhanaan pada anak-anak.
Melatih Pola Hidup Sederhana
Anak adalah peniru ulung. Ia akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Begitupun dalam mengenalkan dan menanamkan nilai kesederhanaan pada anak, harus diawali oleh orangtua terlebih dahulu. Pola belanja yang dilakukan oleh orangtua, akan mengendap di pikiran bawah sadar anak, dan cepat atau lambat akan muncul menjadi perilaku mereka.
            Sedapat mungkin, belanja yang saya lakukan adalah berdasarkan kebutuhan. Ketika pakaian mulai terasa sempit, tentu saya perlu membeli baju dengan ukuran yang lebih besar. Ketika gawai sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki, tentu saya harus membeli yang baru untuk memperlancar kebutuhan berkomunikasi. Ketika kebutuhan gizi dalam makanan anak harus terpenuhi, saya tidak bisa mengabaikan dengan alasan hidup sederhana. Namun demikian, semuanya dibeli berdasarkan atas kebutuhan, bukan keinginan semata. Contoh-contoh pemenuhan kebutuhan tersebut adalah yang paling mudah dilihat oleh anak-anak.
Konsep sederhana adalah tercukupinya kebutuhan sehari-hari. Salah satu cara yang saya diterapkan pada anak-anak untuk melatih hidup sederhana adalah dengan melatih mereka untuk mengelola uang sakunya sendiri.
            Pada prakteknya, saya memberikan uang saku pada anak adalah seminggu sekali. Uang saku tersebut digunakan untuk ongkos angkutan umum dan uang jajan. Bagi anak-anak, jajan makanan ringan adalah sesuatu yang wajar. Itu adalah bagian dari kebutuhan mereka. Menjadi tidak wajar, ketika jajan berlebihan, tanpa terkendali. Konsep uang saku terencana, membuat anak dapat belajar mengendalikan keinginan jajan yang berlebihan. Saat uang jajannya habis di awal minggu, maka hari-hari di akhir minggu mereka sudah tidak bisa jajan lagi. Dengan begitu, terpaksa anak harus belajar mengelola keinginan jajannya agar uang bisa dipakai selama seminggu. Konsep ini membuat anak belajar bertanggung jawab dengan apa yang diserahkan padanya.
            Beda lagi apabila secara tiba-tiba mereka memegang uang yang jauh lebih besar dari biasanya, seperti uang lebaran. Pada saat seperti itu, yang saya lakukan adalah membiarkan anak-anak mengelola uangnya sendiri untuk  membelanjakan barang-barang kesukaan mereka. Namun saya tetap mengarahkan, barang yang dibeli sesuai hobby yang mereka sukai. Si sulung dengan hobby membaca dan menulis buku, memang sudah lebih terarah dalam membelanjakan uangnya. Ia memutuskan untuk membeli buku-buku bacaan kesukaannya. Untuknya, buku adalah semacam asupan ide dan inspirasi untuk menghasilkan ceritanya sendiri. Alhamdulillah beberapa tulisannya sudah diterbitkan oleh penerbit mayor. Sedangkan adiknya, ia membeli bahan-bahan untuk membuat mainannya sendiri (Do It Yourself). Dari situ anak-anak dilatih, bahwa uang yang mereka belanjakan, dapat menghasilkan sesuatu. Mereka ikut belajar memproduksi barang, bukan hanya sekedar mengkonsumsi barang.
            Dari hal-hal kecil yang dilakukan secara konsisten, kelak dapat membawa mereka berperilaku hidup sederhana, mempunyai pola pikir produktif, bukan konsumtif. Dengan begitu, dari semenjak kecil anak-anak sudah terbiasa mensyukuri atas kecukupan yang mereka dapatkan dari Yang Maha Pemberi.

-o0o-

Resensi Buku dimuat di Kabar Madura 26 Juli 2017: Memetik Pesan dari Anak Rimba

Sebetulnya naskah resensi ini dikirim sudah cukup lama. Hampir dua bulan tak ada kabar penampakannya di koran. Tiba-tiba, hari Minggu lalu dikirimi pesan inbox dari teman-teman komunitas peresensi penampakan dari naskah resensi salah satu buku serial PECI ini.







Memetik Pesan dari Anak Rimba

   

Judul               :  Pesan Rahasia dari Hutan Rimba
Penulis             :  Wahyu Noor S.
Penerbit           :  Penerbit Lintang
Tahun              :  Desember, 2016
Tebal               :  127 halaman
ISBN               :  978-602-6334-12-1

            Pernah mendengar musik alam? Zen baru saja mendengarnya saat ia diajak ayahnya berlibur ke Jambi. Zen mendengar suara para binatang saling sahut menyahut kompak, serasi dan indah. Suara yang tak pernah ia temui saat berada di rumahnya di kota besar.         
            “Jelajahilah hutan sesukamu, pasti kamu akan mendapatkan banyak pelajaran di sana.” Perkataan dari Om Huda itulah yang selalu diingat oleh Zen. Selama mengisi liburannya, Zen memang ingin mencoba bermain di hutan. Tapi tentu saja kedua orangtuanya tak mengizinkan. Tak disangka saat hendak menangkap kelinci, ternyata Zen bersama kedua teman barunya, Ahmad dan Ruli, benar-benar tersesat di dalam hutan!
            Saat tersesat di dalam hutan, Zen, Ahmad dan Ruli menemui banyak hal. Diantaranya adalah bertemu dengan warga Suku Anak Dalam penghuni kedalaman rimba. Zen teringat, mereka adalah anak-anak rimba yang pernah Zen temui sebelumnya di desa tempat ia tinggal berlibur. Anak-anak warga Suku Anak Dalam yang tidak berbaju, membawa tombak dan parang dan mencari makan ke desa.
            Awalnya Zen dan teman-temannya merasa takut pada warga Suku Anak Dalam itu. Tapi ternyata setelah beberapa waktu Zen dan teman-temannya berkumpul bersama warga Suku Anak Dalam itu, Zen merasa bahwa mereka tidaklah begitu menakutkan. Bahkan Zen, Ahmad dan Ruli akhirnya mengetahui kalau keberadaan Suku Anak Dalam itu akan terancam punah apabila hutan tempat tinggal mereka ditebang atau dibakar oleh warga desa dan pemerintah. Saat Zen, Ahmad dan Ruli bisa keluar dari dalam huhtan, mereka membawa pesan dari warga Suku Anak Dalam, yang harus mereka sampaikan pada orang-orang yang tinggal di luar hutan.
            Selain kisah petualangan ketiga anak Zen, Ahmad dan Ruli yang tersesat di dalam hutan, ada satu lagi karakter yang cukup menonjol di dalam cerita. Karakter Ayah Ruli, yang digambarkan mempunyai sikap keras pada Ruli, anaknya, namun akhirnya tersadar saat anaknya menghilang tersesat di dalam hutan. Dari karakter Ayah Ruli, penulis ingin menyelipkan pesan bahwa terkadang kehilangan membuat seseorang menyadari arti keberadaan dari orang-orang terdekat di sekelilingnya.     
            Melalui cerita ini, penulis banyak menyampaikan pengetahuan tentang keberadaan Suku Anak Dalam, tentang cara hidup mereka serta masalah-masalah yang mereka alami. Penulis mengemasnya dalam cerita seru dan ramah untuk anak. Alurnya yang menarik, membuat pembaca seakan ikut terbawa dalam ketegangan memasuki rimba berlantara.  
            Di tengah serbuan teknologi gadget yang kian mudah untuk diakses, buku ini sangat bagus untuk dihadirkan di tengah keluarga terutama untuk anak-anak. Tentunya buku ini dapat mengingatkan mereka, jikalau alam dapat memberikan cerita yang asyik dan seru untuk dijelajahi.

             

Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Anak Dalam Rangka Gerakan Nasional Litersi 2017 Provinsi Jawa Barat

Tahun ini, gerakan literasi begitu kencang disuarakan. Di beranda FB, tersebar flyer-flyer lomba penulisan bahan bacaan anak yang diadakan kemdikbud dari tingkat pusat sampai masing-masing provinsi. Dan tentunya untuk lomba di tingkat provinsi harus membawa

Di tingkat pusat diadakan lomba penyusunan buku bahan bacaan anak, sementara untuk khusus provinsi Jawa Barat, lomba yang diadakan adalah lomba kepenulisan cerpen anak. Naskah-naskah pemenang akan digabungkan menjadi buku.



Berhubung syaratnya membuat cerpen, tertariklah saya untuk ikut meramaikan lomba itu. Setelah membaca syarat di flyer, rupanya masih belum tergambar jelas bentuk naskah yang harus dikirimkan.
Kasak kusuk lah saya, tanya sana tanya sini... Salah satunya mbak Yayan Harari, yang sempat menjadi salah satu pemenang tingkat pusat. Dapatlah saya gambaran bentuk naskah yang akan ditulis... (makasih ya mbak Yayan... :)

Tapi masih bingung juga, bolehkan mengirim bentuk non fiksi? Bertanyalah saya ke panitia via sms. Dua jawaban yang berbeda membuat saya tambah bingung lagi. Bertanyalah saya pada Kang Iwok, penulis yang berdomisili di Jawa Barat dan sepertinya berminat untuk mengikuti lomba. Dari Kang Iwok saya mendapatkan jawaban untuk membuat cerita fiksi saja. Hatur nuhun, Kang Iwok :)

Sebetulnya saya sempat menulis sedikit naskah non fiksi kisah tokoh terkenal Jawa Barat. Tapi karena nggak dapat feel-nya, belum sempat selesai, naskah itu saya tinggalkan. Menulislah saya cerita anak fiksi seperti yang biasa saya tulis untuk majalah.

Ide cerita pertama, saya ambil dari orang-orangan sawah, yang kalau di daerah Sunda disebut bebegig sawah. Terus terang, saya suka dengan konsep dari bebegig sawah. Dibuat untuk menjaga padi di sawah dengan cara menakut-nakuti burung pengganggu padi. Namun  supaya cerita menjadi agak berbeda, saya membuat POV dari si bebegig sawah yang karakternya sedikit bandel, cerdik dan suka memprovokasi sahabat kecilnya, Ilham. Cerita ini diberi judul Ki Begik Penjaga Sawah dengan tema perubahan sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan. Diringi doa, terbanglah Ki Begik menuju Bandung dan mendarat di meja juri. 

Lega dan puas setelah mengirim via pos, sampai rumah tetiba terpikirkan ide baru. Masih dengan POV benda, saya mengetik lagi naskah tentang rumah panggung (rumah adat sunda) yang suka bercerita. Namanya Imah. Ia bercerita tentang dirinya yang menemani dan menaungi Nini Amih, seorang perempuan tua yang tinggal sendirian saja. Sesuai temanya, rumah tradisional sunda, naskah itu saya beri judul Imah Nini Amih. Bismillah.... Syuuut... naskah kedua pun melesat menuju tempat panitia lomba. 

Tanggal 14 pun tiba. Sampai siang hari, saya tunggu pengumuman di beranda FB tak kunjung ada berita. Penasaran, saya buka web http://balaibahasajabar.web.id. Dan ternyata, hasilnya penilaian juri sudah diposting di sana. Daan... alhamdulillah, baik Ki Begik maupun Imah, keduanya membawa kabar gembira. Naskah itu berhasil masuk menjadi pemenang favorit no.9 dan 13. 

 

Senangnya lagi, melihat nama teman-teman penulis yang dikenal, muncul disalam daftar. Ada Kang Iwok yang menjadi pemenang harapan 1 dan ada teman MJ mbak Hamidah Jauhary yang juga menjadi pemenang favorit untuk 2 naskah. Dengan senang hati saya pun menyampaikan kabar gembira pada mereka.

Di tangggal 28 Juli, saya pun berangkat menuju kantor Balai Bahaa Jawa Barat untuk mengambil hadiah. Kata panitia, hadiah harus diambil langsung karena tdak bisa ditransfer atau dikirim. Alhamdulillah di Bandung saya masih sempat bertemu dengan Kang Iwok. Saya memesan dua bukunya yang baru saja terbit plus tanda tangannya. Keasyikan ngobrol, terus pulang ke rumah masing-masing dan lupa deh foto-foto bareng penulis senior. Mudah-mudahan lain waktu ada kesempatan lagi pertemuan dengan penulis-penulis produktif. Buat saya, itu menginspirasi.

Dan ini dia oleh-olehnya dari Bandung...





Selanjutnya, tinggal menunggu naskah-naskah terpilih itu dibukukan dan disebar ke SD-SD di Jawa Barat. Semoga Ki Begik dan Imah bisa disukai dan bermanfaat banyak untuk anak-anak khususnya di Jawa Barat. Aamiin...



Wednesday, July 12, 2017

Resensi Buku dimuat di Kabar Madura 05 Juli 2017: Menyelami Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram

Buku ini bacaannya pak misua, yang kebetulan tergeletak di meja kamar. Nggak sengaja ikutan baca, ternyata banyak nilai-nilai sederhana yang bisa diambil dari buku ini.

Berikut cacatan kecilnya, dibuat semacam resesnsi. Coba kirim ke media, alhamdulillah dimuat di Kabar Madura.



Menyelami Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram


Judul               :  Ki Ageng Suryomentaram, Sang Plato dari Jawa
Penulis             :  Ratih Sarwiyono
Penerbit           :  Cemerlang Publishing
Tahun              :  Cetakan Pertama 2017
Tebal               :  200 halaman
ISBN               :  978-602-1348-55-0

            Sebagai seorang pangeran dari istana Kraton Yogyakarta, RM. Kudiarmaji yang kemudian diberi gelar Pangeran Suryomentaram, selalu hidup dalam kegelisahan bathin yang luar biasa. Sekalipun ia kaya dan berkuasa, namun itu tidak membuat ia merasa menjadi manusia normal. Sebagaimana Pengeran Sidharta Gautama, ia merasa terkungkung oleh kemegahan dan kemewahan hingga tidak bisa merasakan kehidupan yang sesungguhnya. 
            Untuk menemukan jati dirinya, keluarlah Pangeran Suryomentaram dari kraton dan tinggal di desa Bringin, Salatiga, sebagai petani biasa. Di desa itu, ia lebih bebas berpikir dan merenung. Bahkan saat ia mengayunkan cangkul di ladang, terpikir olehnya akan kemurahan Tuhan yang melimpahkan kesuburan pada manusia. Sehingga tugas dirinya sebagai manusia adalah dapat mengolah tanah subur itu dengan ilmu dan ketekunan hingga menghasilkan bahan makanan yang nikmat bagi dirinya dan sesama manusia lainnya (halaman 12).
            Pemikiran-pemikiran KiAgeng Suryomentaram sungguh berbeda dengan pemikiran tokoh-tokoh budaya lain di masa itu yang lebih percaya akan mitos. Pemikiran filosofisnya rasional jauh dari mistisisme, sebagaimana Plato pemikir kritis dari Yunani abad 3 SM. Seorang ahli sejarah dari Universitas Paris bernama Marcell Boneff bahkan telah mempelajari pemikiran Ki Ageng secara lengkap, kemudian  menulis buku dalam bahasa Perancis, berjudul ‘Ki Ageng  Suryomentaram, Prince et Philoshope Javanais’ (halaman 13).     
            Ki  Ageng Suryomentaram meninggalkan sebuah warisan yang sangat berharga, yaitu kawruh pangawikan pribadi, atau  kawruh jiwa. Sebuah pengetahuan agar manusia dapat melepaskan segala atribut duniawi sehingga dapat menemukan kebahagiaan dan ketentraman yang sejati. Buku ini ditulis untuk menyampaikan tentang ilmu kebahagiaan atau kawruh beja yang dirumuskan oleh Ki  Ageng Suryomentaram yang sempat dicatat oleh murid-muridnya, para aktivis Taman Siswa.
            Menurut Ki Ageng, benih dari ilmu pengetahuan adalah  “Rasa” di dalam jiwa manusia (halaman 27). Untuk mendapatkan kebahagiaan diawali dengan pemahaman tentang pengetahuan diri sebagai manusia yang memiliki “rasa”.  
            Pada dasarnya, manusia itu semuanya sama, mempunyai “rasa” sebentar senang, sebentar susah, sebentar senang, sebentar susah, demikian seterusnya (halaman 68). “Rasa” itu dialami oleh seluruh manusia dan bersifat abadi sepanjang hidup. Apabila manusia dapat memahami sifat dari “rasa” itu, maka bebaslah ia dari penderitaan iri hati dan sombong dan kemudian bisa masuk surga ketentraman. Artinya dalam segala hal, ia akan bertindak secukupnya, semestinya dan sebenarnya (halaman 82). Keinginan-keinginan manusia yang tidak terlaksana pun, dapat terlepas dari penyesalan dan kekhawatiran.
            Ki Ageng Suryomentaram menyebut kesadaran manusia terbagi menjadi 4 dimensi. Dimensi pertama adalah tukang rekam. Manusia merekam hal-hal di luar diri melalui inderanya dan hal-hal di dalam diri melalui “rasa”. Kesadaran dimensi kedua adalah menganggap rekaman-rekaman itu (kumpulan informasi) sebagai dirinya. Sedangkan dimensi ketiga yaitu menganggap egonya sebagai diri. Dan yang terakhir adalah kesadaran bahwa dirinya bukan sekedar ego, tetapi menjadi Pengawas atau Saksi dari setiap kejadian yang dialaminya (halaman 117-118). Dimensi ke-empat itulah yang membuat derajat manusia bertambah tinggi karena ia akan selalu merasa menjadi saksi atas perbuatan-perbuatannya. Apabila dimensi ke-empat sudah tercapai, maka manusia akan merasakan kedamaian dalam menjalani kehidupannya.    

            Dalam buku ini, penulis berusaha memaparkan pemikiran-pemikiran filosofis sederhana Ki Ageng Suryomentaram melalui contoh-contoh tindakan, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahaminya. Bahkan Marcell Boneff pun mengakui, bahwa pemikiran Ki Ageng Suryomentaram sangat penting sebagai pencerahan dalam  membentuk  pribadi yang cerdas dan cendekia, tanpa kehilangan kepribadian timurnya. 

Wednesday, July 5, 2017

Resensi Buku dimuat di Radar Sampit 02 Juli 2017: Menangkap Imajinasi Anak yang Tak Terbatas

Buku KKPK Luks Magic Cookies ini adalah buku cetakan ke sekian kalinya dari pertama cetak tahun 2010. Itu sebabnya di cover buku disebut sebagai Gold Edition.

Saya cukup penasaran, dengan isi buku cerita anak yang dicetak berulang-ulang. Ternyata, setelah membuka buku ini, memang tak heran, mengapa buku KKPK ini menjadi best seller.

Ide-ide cerita yang ada di dalamnya membuat saya tercenung. Imajinasi anak memang ajaib! Saya, sebagai orang dewasa yang senang menulis cerita anak, banyak belajar dari ide-ide cerita di buku ini. Salut untuk kakak-kakak editor Penerbit Mizan, yang sudah menangkap dan memberi wadah untuk ide-ide ajaib para penulis cilik KKPK.

Sedikit ulasan buku ini, dimuat di Radar Sampit 02 Juli 2017






Menangkap Imajinasi Anak yang Tak Terbatas


Judul               :  Magic Cookies
Penulis             :  Muthia Fadhila Khairunnisa (Thia), dkk
Penyunting      :  Ridwan Fauzy dan Yuni Mulyawati
Penerbit           :  Dar! Mizan
Tahun              :  Edisi II, Cetakan I, Maret 2017
Tebal               :  168 halaman
ISBN               :  978-602-420- 166-1

            Tak bisa dipungkiri bahwa imajinasi anak-anak begitu luas dan tak terbatas. Buku serial KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) hadir, menjadi wadah dari imajinasi dan kreatifitas mereka. Penulis cilik yang pertama kali mengusung lahirnya serial KKPK adalah Sri Izzati, yang akhirnya diikuti oleh penulis-penulis cilik lainnya.
            Saat penulis-penulis cilik itu kini beranjak remaja, nama-nama baru bermunculan menghadirkan ide-ide baru yang terus menyemarakkan serial buku KKPK. Istimewanya, penulis-penulis baru itu semula hanya menjadi pembaca buku anak.
            Tentunya serial buku KKPK kini sudah tak asing lagi di tengah anak-anak Indonesia. Cerita-cerita baru serial ini selalu dinantikan kehadirannya di toko buku untuk menjadi teman bacaan sekaligus koleksi di rak buku mereka. Bahkan beberapa judul buku pun mengalami cetak ulang karena terus dicari oleh penggemar ciliknya. Salah satunya adalah buku serial KKPK Luks berjudul Magic Cookies.
            Keistimewaan dari serial KKPK Luks Magic Cookies adalah berisi cerpen-cerpen yang merupakan hasil seleksi dari 71 karya peserta pelatihan penulisan KKPK di Bandung dan Jakarta. 20 cerita yang terseleksi tentu saja merupakan cerita-cerita yang asyik dengan ide menakjubkan. Tak mengherankan apabila buku ini terus menerus dicetak ulang dan berganti edisi cover sampai sekarang.
            Seperti salah satunya adalah cerita tentang seorang anak bernama Alifia Cookies yang suka sekali memakan kue. Tapi sayangnya, ia tak pernah membantu ibunya membuat kue. Kesukanya hanya makan dan makan menghabiskan kue-kue buatan ibunya. Suatu saat, ia memakan kue ajaib dan terdampar di negeri kue (halaman 43).
            Awalnya Alifia merasa senang berada di dunia ajaib negeri kue, dimana kue yang selalu dilahapnya tak pernah habis. Namun lama-lama, ia menjadi bosan, dan ingin kembali ke dunia aslinya. Ia ingin kembali bertemu dengan ibu.
            Ternyata tak semudah itu untuk kembali. Ibu Peri penyuka brownies memberi syarat pada Alifia untuk membuat sebuah rumah cookies. Pekerjaan yang tidak mudah dilakukan seorang diri. Tentu Alifia terpaksa berlelah-lelah untuk membuatnya. Dari situ Alifia sadar, kalau ibunya pasti kelelahan untuk menyiapkan kue-kue yang setiap hari selalu dihabiskannya. (halaman 46).
            Selain ide ceritanya yang luar biasa, cerita ini mengandung pesan sederhana yang dapat dipetik oleh pembacanya. Bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, diperlukan adanya usaha untuk menggapainya.
            Cerita lainnya dengan ide unik adalah kisah tentang doa yang buruk. Bercerita tentang seorang anak laki-laki bernama Adolf yang tidak menyukai teman sekelasnya yang sombong dan jahil. Suatu kali, anak jahil itu mendorong tubuh Adolf sampai kepalanya terbentur pintu loker. Tentu saja Adolf yang merasa kesakitan menjadi marah. Ia mendoakan sesuatu yang buruk pada teman jahilnya itu.
            Namun saat pelajaran agama, Adolf membaca buku agama tentang doa di sebuah paragraf,  Jika kamu mendoakan sesuatu yang baik, Malaikat akan mengaminkan, lalu berkata, “Dan bagimu juga!” Begitu juga sebaliknya (halaman 99). Adolf yang tadi sudah sempat mendoakan sesuatu yang buruk pada temannya, menjadi resah. Adolf tak ingin doanya akan kembali pada dirinya.
            Saat hendak mencari temannya untuk meminta maaf, ternyata doanya terkabul. Sesuatu menabraknya, persis seperti isi doa untuk temannya itu. Rasa marah di hati Adolf membuat ia lupa dan kembali menggerutu, “Awas, ya. Aku doakan kamu jadi katak!” (halaman 100).
Lalu mungkinkan Adolf ikut berubah menjadi katak?
            Cerita itu menunjukkan imajinasi penulis cilik yang patut diapresiasi. Selain itu, pesan yang terselip di dalamnya cukup dalam. Penulis ingin mengajak teman-teman pembacanya agar tidak memelihara dendam di dalam hati.   
            Masih ada 18 cerita asyik lainnya yang sayang untuk dilewatkan. Tentunya, selain menghibur cerita-cerita itu bisa menginspirasi anak-anak Indonesia agar gemar membaca dan lebih semangat untuk berkarya.