Wednesday, May 6, 2015

Cernak di Koran Berani: Misteri Hilangnya Tikus Nakal

Saya  paling suka cerita ini,terutama bagian openingnya. Begitu khas anak-anak.  Cerita ini  ditulis tugas kelas  MJ tema tumbuhan obat. Naskah cerita teman-teman dikelas dengan tema ini, kebanyakan  sudah tayang  di Majalah Bobo.  Saya  sendiri mencoba peruntungan  naskah ini ke Koran Berani. Koran anak  yang bisa  didapatkan hanya dengan berlangganan.

Sayangnya,saat dimuat bukti terbit  tak kunjung datang. Untungnya, perpustakaan di sekolah anak-anak saya berlangganan  Koran Berani. 

Alhamdulillah  karya  sudah dimuat dan dapat foto penampakannya.


Dimuat : 27 April 2015

Misteri Hilangnya Tikus Nakal
Oleh: Ruri Irawati

“Operasi darurat 1 2 3… Operasi darurat 1 2 3…”
“Sttt … Jangan berisik Elo! Kalau mau ikut operasi pengejaran tikus, nggak boleh ramai suaranya. Dianya udah kabur duluan!” kata Edo sewot.
“Bund… tuh…itu disitu Bund! Sini sapunya… Biar Elo aja yang ngejar!” teriaknya heboh.
“Yaaah… kabur dia! Tuh kan, Elo sih berisik.. Susah lagi deh ditangkapnya. Padahal tadi dia sudah terperangkap!”
“Ya sudah… Nggak usah dikejar. Besok kita coba tangkap lagi kalau tikus itu kembali ke rumah kita,” kata Bunda menengahi.
***
Belakangan ini Bunda terlihat kesal sekali. Semenjak Ayah membuat kandang burung di halaman rumah, segerombolan tikus-tikus nakal menyerang rumah si kembar Edo dan Elo. Seisi rumah jadi terganggu, tidak nyaman rasanya melihat tikus berkeliaran di halaman rumah. 
“Bunda, tikus-tikus yang berkeliaran di halaman bikin rumah kita bau… mereka susah sekali diusir, Bund...” kata Elo gemas.
“Iya, Bunda juga pusing! Pakai racun tikus, bunda nggak tahan bau tikus mati. Coba lem tikus, bunda nggak tega lihat tikus yang nempel di lem-nya. Pakai perangkap, wah… ternyata mereka lebih cerdik! Bunda jadi pusing,” Bunda ganti mengomel.
“Terpaksa deh kita buat operasi pengejaran tikus setiap hari,” lanjut Bunda. 
“Kalau itu serahkan ke kita, Bund. Tikus nakal itu bakal kita kejar sampai kena! Ya kan, Lo?” jawab Edo semangat.
***
Hari ini, Pak Wawan, jemputan ojek Edo dan Elo cuti menjemput mereka pulang sekolah. Terpaksa Elo dan Edo memutuskan untuk berjalan kaki pulang ke rumah
“Aduh, panas sekali. Aku haus… duduk dulu yuk Do, neduh di bawah pohon  itu,” kata Elo di jalan komplek dekat rumahnya. 
“Yaaah… Elo, baru jalan segitu saja sudah minta istirahat.. Eh, ini buah apa sih hijau-hijau begini? Bisa dimakan nggak nih?” tanya Edo sambil jongkok untuk mengambil buah yang jatuh dari pohon tempat mereka berteduh.
“Jangan Edo! Jangan di ambil… Itu buah beracun, kata Bunda!” Segera Edo menarik tangannya yang sudah hampir memegang buah itu.
“Ih… untung belum kupengang! Memangnya itu buah apa sih?” 
“Nggak tahu! Pokoknya jangan dipegang, Bunda pernah bilang getahnya bisa bikin gatal. Kalau di tendang sih, boleh… kita kan pakai sepatu. Ayo kita main bola pakai buah ini, kita gocek sampai rumah kita. Gawangnya pagar rumah ya… Yang duluan gol, itu yang menang,” ajak Elo yang sudah hilang rasa hausnya. 
“Siapa takut…” sahut Edo langsung menendang buah yang lumayan keras itu. 
“Ah… dasar curang!” Segera Elo menendang satu buah lagi. Merekapun pulang sekolah dengan bersenang-senang.
***
“Anak-anak… kalian perhatikan nggak… kayaknya empat hari belakangan ini, rumah kita bebas dari suara tikus,” kata Bunda malam itu selepas sholat Isya.
“Iya Bund, padahal tadi sore sudah Edo siapkan sapu buat operasi pengejaran tikus lagi. Eh, ditunggu-tunggu, nggak nongol mereka. Sudah pada bosan kali ke rumah kita, Bund.”
“Kalau diingat-ingat sejak Pak Wawan libur ngejemput kita ya, Do, gerombolan tikusnya hilang. Jangan-jangan ada hubungannya. Hmm... Mungkin, Pak Wawan libur ngojek untuk jadi pemburu tikus?” kata Elo dengan kesimpulannya yang asal bunyi. Bunda dan Edo tertawa.
***
Hari ini Pak Wawan SMS, katanya sudah bisa antar jemput si kembar lagi. Pagi-pagi sekali Pak Wawan sudah muncul di depan halaman rumah Edo dan Elo dengan wajah yang ceria. 
“Pak Wawan kemana saja, liburnya kok lama?” tanya Bunda.
“Saya libur ngojek Bu, istri melahirkan… Alhamdulillah, kemarin sudah pulang dari Rumah Sakit,” jawab Pak Wawan dengan tawa lebar di wajahnya.
“Ohh… selamat ya Pak Wawan…,” kata Bunda.
“Terimakasih Bu… Wah, Ibu ngumpulkan buah bintaro ya, memang disini banyak tikus juga?” tanya Pak Wawan sambil menunjuk buah-buah bintaro yang tergeletak di halaman rumah.
“Itu mainan Elo dan Edo, Pak, bola-bola kami sepulang sekolah,” sahut Elo.
“Memang apa hubungannya sama tikus, Pak Wawan?” tanya Edo
“Wah, buah itu buah penolak tikus, Do. Rumah Pak Wawan sudah nggak pernah didatangi tikus semenjak Pak Wawan taruh buah-buah itu. Bau racunnya bikin tikus pusing.” 
Mendengar cerita Pak Wawan, Elo, Edo dan Bunda saling berpandangan. “Oh… pantas saja…,“ seru mereka serempak sambil tertawa.
-o0o-