Thursday, December 15, 2016

Buku Kecil-Kecil Jadi Detektif : Paket Misterius

Alhamdulillah... Bulan November 2016 lalu, lahirlah buku solo saya yang pertama.

Diawali munculnya flyer ini di beranda FB.
Lomba Kecil-Kecil Jadi Detektif Hunt 2015 (KKJD Hunt 2015), yang diadakan Penerbit Mizan.



Berhubung lombanya diadakan untuk semua umur, tertariklah untuk buat novel seri KKJD ini. Kasak kusuk mengajak temen Merah Jambu, akhirnya mbak Irra dan mbak Nurul tertarik juga untuk ikutan lombanya.

Untuk bahan nulis novel cerita detektif ini, yang pasti saya baca-baca dulu buku KKJD yang sudah banyak beredar. Dan memang, buku KKJD yang saya temukan lebih banyak ditulis oleh penulis dewasa. Saya lalap-lah buku-buku koleksi KKJD si mbarep dalam waktu beberapa hari.

Sebetulnya ini pengalaman pertama juga menulis cerita panjang dalam bentuk novel. Biasanya saya memang lebih suka menulis bentuk cerita pendek. Memang di awal agak sulit untuk memulai. Tapi  karena  konsep cerita di kepala sudah lumayan matang, setelah melewati bab-bab pertama, proses menulis alhamdulillah lancar  jaya.

Walhasil  cerita ini saya coba selesaikan dalam waktu sekitar 2-3 minggu. Mendekati DL, terkirimlah naskah KKJD berjudul Paket Misterius ke panitia lomba.

Jreeng... Pengumuman KKJD Hunt2015, akhirnya keluar. Dan naskah saya belum masuk di antara 5 pemenang. Nggak begitu kecewa sih, karena nama-nama pemenang juga rasanya sudah familiar di dunia perbukuan anak. Tapi, di FP KKPK diumumkan bahwa akan ada nama pemenang berikutnya. Dan, bingo... Naskah  berjudul Paket Misterius muncul juga... Alhamdulillah...



Walaupun nunggu lahirannya lumayan lamaa... hampir satu setengah tahun lamanya (setara sama hamilnya gajah ya...) Tapi akhirnya penantian saya pun berbuah manis..Dan nggak disangka, format bukunya pun berubah dari bentuk  KKJD yang diterbitkan lebih  dulu. Berubah menjadi bentuk komik! Format buku yang  saat ini sedang trend dan disukai anak-anak.

Ini dia penampakannya:



Dan ini sinopsisnya:

Mela penasaran dengan selembar kertas pengiriman paket yang terjatuh. Paket itu dikirimkan ke sebuah rumah yang berada di depan rumahnya. Saat melihat alamat pengirim, Mela teringat sahabatnya, Arini, yang pernah sama-sama mengikuti Olompiade Sains. Alamat pengirim itu berada satu desa dengan tempat berlibur Arini.

Ketika Mela menghubungi Arini, ternyata Arini pun mempunyai pengalaman yang sama dengan Mela. Arini sedang mencurigai sebuah mobil boks dan rumah di pinggir hutan.

Apakah kedua kejadian itu ada hubungannya? Bagaimana cara Mela dan Arini menyelidiki kasus itu? Sedangkan mereka terpisah jarak yang jauh.

Penasaran dengan petualangan Mela dan Arini? Yuk, ikuti kisahnya dalam buku ini.


Buat yang penasaran, boleh dicari bukunya di toko-toko buku terdekat. Atau bisa juga dibeli di beberapa toko buku online (ada diskonnya lho...)















Yuk diburu dan dikoleksi bukunya sebelum kehabisan. Nah beberapa waktu lalu, sewaktu jalan-jalan ke tokbuk  Gramedia  Bogor, sempat capture penampakan stoknya.



Akhir kata, Selamat membaca...semoga  terhibur...

Happy  Reading... ☺
  

Wednesday, November 23, 2016

Resensi Buku di Harian Jateng Post 20 November 2016 : Memahami Rimba Dunia Remaja


Buku Aku Keren!! ini beli langsung ke penulisnya mbak Nurhayati Pujiastuti, bu guru yang pertama ngajar saya nulis cerita anak...

Belinya sudah beberapa bulan yang lalu. Sudah tamat dibaca pula. Selain cocok buat si mbarep, yang sudah mulai abege, buku ini bisa buat intropeksi emaknya juga pas si abegeh lagi  mecucu sama emaknya.

Pas buka buku itu lagi, kok pengen ya buat resensinya. Tapi ya, ditulisnya pakai sudut pandang si emak. Udah jadi, pengen juga kirim ke koran...
Alhamdulillah dimuat di Jateng Post 20 November 2016




Penampakan korannya dikirim dari redaksi Jateng Post via email. Terima kasih ya... jadi pengen kirim resensi lagi kesana :)



Thursday, November 17, 2016

Dongeng Majalah Bobo Edisi 30 tahun 2016: Keinginan Cici Kelinci

Datangnya ide cerita ini pas badan berasa nggak enak. Rasanya sakit, pegel-pegel sekujur badan. Tapi kalo dibawa tidur-tiduran terus, kok malah rasanya tambah remuk. Apalagi pas lihat anak-anak ajlut-ajlutan di atas kasur. Berasa main trampolin... hadeeeh... tambah-tambah deh...

Akhirnya, paksain buka komputer... tak tik tak tik.. jadi deh, cerita Keinginan Cici Kelinci.
Alhamdulillah dimuat di Majalah Bobo Edisi 30, terbit 03 November 2016


Ilustrator: Mono







Saturday, October 15, 2016

Resensi di Harian Analisa Medan 13 Oktober 2016: Hikmah di Balik Sebuah Hukuman

Resensi berikutnya dari buku si Mbarep. Dimuat di Harian Analisa Medan tanggal 13 Oktober 2016




Dan penampakan di korannya, muncul kecil di pojokan :D


Friday, October 14, 2016

Friday, October 7, 2016

Resensi di Radar Sampit : Pembersih Toilet yang Cerdik

Resensi Kedua yang muncul di Koran Daerah. Masih dengan buku yang sama. Buku si Mbarep, Detektif Pembersih Toilet.

Semoga buku ini disukai oleh teman-teman pembaca cilik di daerah Sampit, Kalimantan Tengah...









Tuesday, September 27, 2016

Dongeng Majalah Bobo Edisi 23 Tahun 2016: Tongkat Baru Penyihir Elina

Dongeng ini ditulis saat selesai membaca buku pra sequel-nya Bartimaeus Trilogy, yang judulnya Ring of Solomon. Tetiba dapat ide ingin menulis cerita tentang penyihir cilik yang suka iseng seperti si usil Bartie. Tapi sayang, karena keterbatasan kuota jumlah kata, karakter iseng si penyihir nggak begitu tergambarkan. Setelah dibaca ulang, yang muncul justru karakter penyihir cilik yang baik hati. Dan itu, cocok dengan karakter untuk Majalah Bobo :)



Ilustrator: Mira





Majalah Bobo Edisi 23 tahun 2016
Terbit tanggal 14 September 2016





Monday, September 26, 2016

Resensi di Harian Kedaulatan Rakyat : Menghadapi Teman Kleptomania

Resensi ini ditulis saat buku seri KKPK si Mbarep, Rubee Putri terbit dan beredar di toko buku. Tujuannya memang mau promosi... hehehe...  Ingin mengenalkan sedikit dari isi dari buku  "Detektif Pembersih Toilet" ini, untuk teman-teman yang lagi ingin jalan-jalan ke toko buku atau lagi intip-intip toko buku online... :D

Alhamdulillah, dimuat juga di koran daerah Jogja. Semoga koran daerah lain pun muncul penampakan resensi buku ini. Aaamiin....

Nah... yang sudah baca resensi ini, hayuk masukin judul buku ini di list untuk dicari di toko buku ya... pesan di saya juga boleh... ^-^

#DetektifPembersihToilet
#KKPK



 



Judul               :  Detektif Pembersih Toilet
Penulis             :  Rubee Putri Risdiyanto
Penerbit           :  PT. Mizan Pustaka
Tahun              :  I, September 2016
ISBN               :  978-602-242-778-0

            Belakangan ini buku cerita anak yang beredar tidak hanya ditulis oleh penulis dewasa. Hadirnya serial buku Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK) dari Penerbit Mizan Pustaka, menunjukkan adanya bakat-bakat cemerlang dari para penulis cilik.
Karya itu lantas dibaca dan disukai oleh teman-teman pembaca cilik lainnya. Seperti salah satu buku KKPK yang ditulis oleh penulis cilik berumur 12 tahun, Rubee Putri Risdiyanto.
            Buku ini adalah kumpulan cerita pendek yang terdiri dari 10 cerita. Berbeda dengan seri KKPK sebelumnya, dua cerita di buku ini dikemas dalam bentuk komik dan lainnya adalah cerita pendek berbentuk tulisan. Kemasan baru ini membuat pembaca cilik tidak monoton membaca dalam bentuk tulisan. 
Cerita pertama dikisahkan tentang seorang siswa yang duduk di kelas  5 SD, bernama Mia. Ia sering sekali datang terlambat sampai di sekolah.  Apapun alasannya Pak Guru tak mau menerima. Sesuai peraturan sekolah Mia tetap dihukum: menjadi partner Pak Udin, petugas kebersihan sekolah, untuk membersihkan toilet sekolah setiap kali datang terlambat. Saking seringnya, jadilah Mia dijuluki oleh teman-temannya sebagai Si Pembersih Toilet.
            Saat menjalankan hukumannya, tak sengaja di dalam gudang Mia memergoki  salah satu temannya, sedang memasukkan barang-barang yang belakangan ini sering hilang di kelasnya ke dalam sebuah kotak.  Temannya itu tentu saja tak mau mengakui perbuatannya sebagai pencuri. Ia bahkan mengancam akan balik melaporkan Mia kepada Pak Guru, sebagai pencuri barang-barang yang hilang di kelas itu.
Kisah kian menarik. Selain membuat si tokoh Mia menyelesaikan masalahnya dengan cerdik, penulis cilik ini mampu mengemas pesan dari cerita yang ditulisnya. Pesan agar kita tidak terjebak berprasangka buruk hanya karena sebuah nama julukan.
Beberapa judul cerita pendek lainnya mengangkat tema tentang kepedulian terhadap lingkungan. Selain menghibur, di setiap cerita terselip pesan untuk pembacanya.
Cermik KKPK ini pantas untuk diburu di toko buku dan dikonsumsi oleh para pembaca cilik maupun dewasa. Dengan membaca karya-karya penulis cilik, kita turut mengapresiasi bakat-bakat hebat mereka.


Diresensi oleh: Ruri Irawati, penulis lepas cerita anak di media cetak


Sunday, September 4, 2016

Dongeng Majalah Bobo Edisi 19 tahun 2016: Kecerdikan Pangeran Villigo


Cerita berjudul Kecerdikan Pangeran Villigo ini ditulis di kelas RJK, mengambil tema warna. Idenya datang saat membaca majalah tentang seorang model profesional yang mempunyai penyakit vitiligo. Kulit wajahnya berwarna belang. Tapi hebatnya, sang model internasional itu nggak menjadikan kulitnya yang berbercak putih itu sebagai sesuatu yang membuat dirinya malu, bahkan menjadikannya sebuah kelebihan: menjadi seorang model yang unik

Dari kekaguman itulah, saya coba buat cerita dongeng tentang seorang pangeran yang mempunyai penyakit yang sama, namun ia menjadikannya sebagai senjata untuk melindungi rakyatnya.

Tulisan di cerita ini banyak mendapat perbaikan/editan dari editor termasuk endingnya. Saya buat ending cerita berakhir menikah dengan sang putri seperti kebanyakan cerita pangeran dan putri. Tapi setelah di edit, memang terlihat hasilnya jauh menjadi lebih baik. Terima kasih Editor Bobo. ^.^

Dan ilustrasi di cerita ini, saya sukaaa sekali... Teringat dulu waktu kecil saat membuka majalah Bobo, yang dicari pertama pasti gambar dan cerita tentang putri dan pangeran... hehehe...

Terima kasih kakak ilustrator, Kak Adit Galih  :)



Ilustrator: Adit Galih




Majalah Bobo Edisi 19 th. 2016
Terbit 18 Agustus 2016




Note:  
Hasil dari googling beberapa waktu lalu, ternyata cernak ini sempat diambil menjadi salah satu cerita yang dianalisis untuk penelitian tentang nilai pendidikan karakter anak. Alhamdulillah bisa lebih bermanfaat... :)
http://pbsi.uad.ac.id/wp-content/uploads/Prosiding-Semnas.pdf



Friday, August 26, 2016

Nusantara Bertutur Kompas Klasika: Upacara Bendera

Belakangan saya menulis cerita berdasarkan ide yang tiba-tiba melintas begitu saja. Tapi sesekali ingin juga kembali belajar menulis cerita denga tema. Mendekati hari ultah kemerdekaan, saat melihat berita tentang paskibraka, terlintas ide untuk menulis tentang upacara bendera.

Yup, dulu semasa sekolah, bertemu dengan upacara bendera rasanya malaaas sekali untuk mengikutinya. Ide sederhananya diambil dari situ. Hanya saja, yang biasanya si anak mendengar nasehat dari guru-guru tentang makna upacara bendera, tapi cerita saya belokkan, ketika si anak yang malas upacara itu mendapat cerita dari seorang tukang kebun sekolah yang ikut melaksanakan upacara bendera dengan  khidmat.

Alhamdulillah, akhirnya cerita ini dimuat di Kompas Klasika Nusantara Bertutur. Judul yang saya kirim adalah "Pelajaran dari Pak Rahman", dan di edit oleh redaksi menjadi "Upacara Bendera". Memang, jadinya lebih sesuai dengan tema Agustusan.

Silakan mengikuti Upacara Bendera ini :)



Kompas Klasika Nusantara Bertutur
Terbit tanggal 21 Agustus2016


Upacara Bendera
Oleh. Ruri Irawati

            Senin sudah datang. Hari yang sangat tidak disukai oleh Andi. Sebabnya ia harus melaksanakan upacara bendera di sekolahnya, SDN. Cibuluh, Kota Bogor. Andi merasa malas, harus berdiri berpanas-panasan menghadap tiang bendera di tengah lapangan.
Andi selalu berusaha menghindar mengikuti upacara bendera dengan berbagai alasan. Tapi kali ini, ia tidak bisa mengelak.  Pak Irfan, wali kelasnya sudah hafal semua alasan-alasannya.
“Andi, pakai topimu dan langsung ke lapangan upacara!” perintah Pak Irfan.
Dengan terpaksa, Andi menuju barisan teman-teman sekelasnya. Sengaja Andi berdiri di paling belakang barisan. Ia berniat di tengah upacara berlangsung untuk menyelinap ke dalam kelas yang pintunya tak jauh dari tempat ia berdiri.
Saat mengheningkan cipta, semua peserta upacara menunduk dan berdoa dengan khidmat. Bagi Andi itu kesempatan. Ia mulai melangkah mundur menuju pintu kelas. Namun saat langkah ketiga kaki Andi terantuk sepasang kaki. Ternyata di belakangnya ada Pak Rahman yang sedang khidmat mengheningkan cipta. Pak Rahman adalah tukang kebun sekolah yang sudah tua.
Andi memberi kode pada Pak Rahman untuk bergeser memberinya jalan. Namun tak disangka, tiba-tiba Pak Rahman terjatuh pingsan. Tentu saja Andi kaget, begitu pun peserta upacara lainnya.
Upacara dihentikan sejenak. Andi ikut membantu menggotong Pak Rahman ke ruang UKS bersama beberapa guru. Setelah ditangani beberapa guru, Pak Rahman akhirnya sadar. Andi lalu diminta oleh Pak Irfan menemani Pak Rahman beristirahat.
Pak Rahman yang sudah merasa baikan, lalu berusaha bangun. “Bapak mau ikut upacara lagi, Nak.”
Namun ternyata badan Pak Rahman masih lemah. Andi meminta Pak Rahman tetap beristirahat. “Bapak, kan, sakit. Kenapa ikut upacara?”
“Bapak  tidak sakit, hanya kepanasan sedikit, Nak,” jawab Pak Rahman. “Tak sebanding dengan apa yang dilakukan pahlawan-pahlawan kita dulu saat berjuang membela dan mempertahankan tanah air,” lanjut Pak Rahman.
Lantas Pak Rahman bercerita, sewaktu ayahnya kecil tanpa sengaja ia berada di tengah medan pertempuran melawan pasukan sekutu. Untungnya ayah Pak Rahman bisa selamat, namun tidak dengan kakeknya. Itu sebabnya sang ayah terus mengingatkan agar anak cucunya tidak melupakan jasa-jasa kakek dan teman-temannya. Mereka mengorbankan nyawa berperang mempertahankan Indonesia.
Andi terdiam menyimak cerita Pak Rahman. Dalam hatinya ia merasa menyesal, selama ini ia selalu malas-malasan mengikuti upacara bendera. Mulai saat itu, ia berjanji untuk mengikuti upacara bendera dengan khidmat seperti yang dilakukan Pak Rahman.

-TAMAT-

Pesan dari cerita:
Bangsa Indonesia kini sudah merdeka. Kita harus menghargai jasa pahlawan, salah satunya dengan mengikuti upacara bendera dengan khidmat.

Versi audio dapat dibuka  di link Nusantara Bertutur:

http://print.kompas.com/iklan/klasika/nusantarabertutur/arsip/20160821-upacara-bendera.html


  


Sunday, August 21, 2016

Cernak Majalah Bobo Edisi 18 th.2016: Galak Gampil

Tulisan ini termasuk cerita favorit yang saya tulis. Ideya muncul saat berlebaran di rumah Mbah. Anak-anak sengaja memisahkan diri untuk mengumpulkan Galak Gampil sebanyak-banyaknya.

Hahaha... biarkanlah anak-anak menikmati momen lebaran. Idenya jangan dilewatkan untuk dijadikan cerita anak.








Majalah Bobo Edisi 18 Th.2016
Terbit 4-11 Agustus 2016






Note:
Naskah ini juga dipakai untuk analisis pendidikan karakter anak tentang kepedulian sosial. 
http://pbsi.uad.ac.id/wp-content/uploads/Prosiding-Semnas.pdf


Sunday, August 14, 2016

Gado-Gado Majalah Femina Edisi 31 Th. 2016: Cipika Cipiki


Naskah ini ditulis sudah cukup lama, sekitar hampir setahun yang lalu. Sempat dikirim ke majalah sebelah, tapi tak berkabar. Lalu, ditariklah naskah ini. Permak sedikit, Alhamdulillah berjodoh di Rubrik Gado-Gado, Femina.

Dan moment dimuatnya bertepatan dengan acara ketemuan beberapa teman di kelas Merah Jambu dan ibu guru. So, semakin lengkap  dan berkesanlah tulisan dan acara cipika cipiki-nya.



Majalah Femina Edisi 31Tahun 2016
Terbit tanggal 4-12  Agustus 2016


Cipika Cipiki
Oleh: Ruri Irawati

            Bersilaturahmi dengan saudara maupun teman. tidaklah lengkap rasanya kalau tanpa ber-cipika cipiki. Apalagi jika bersilaturahmi dengan teman atau saudara akrab yang jarang ketemu. Rasanya seperti menumpahkan rasa kangen yang memenuhi dada...
            Seingat saya, kebiasaan cipika cipiki ini belum terlalu lama jadi meluas seperti belakangan ini. Tadinya, sun pipi kanan sun pipi kiri ini juga bukan kebiasaan saya. Tetapi karena seringnya saya lakukan di kala bertemu teman atau saudara, lama kelamaan ber-cipika cipiki ini menjadi suatu gerakan refleks untuk saya. Tiap ketemu teman sun pipi kiri dan kanan.
Namun, ada satu kejadian yang sempat membuat saya malu hati karenanya. Secara tidak sengaja saya bertemu seorang teman lama di sebuah mall. Saya dan dia tak seberapa dekat memang, tapi saya mengenalinya dengan baik. Seingat saya, dulu kami pernah mengaji di tempat yang sama.. Saya panggil namanya, dia menengok dan tersenyum. Nah, benar kan dia!
            “Assalamualaikum… bagaimana kabarnya? Sehat?” tanya saya menjabat tangannya sambil menyodorkan pipi kanan saya.
Beberapa detik dia tidak merespon ajakan cipika cipiki saya. Mungkin masih mengingat-ingat wajah saya. Hmmm...
Merasa tak ada respon, refleks saya menarik balik tubuh saya yang sudah terlanjur condong ke depan. Kikuk rasanya! Tapi sedetik kemudian ternyata teman saya itu ganti mencondongkan pipinya ke arah saya, sementara kepala saya sudah saya tarik ke belakang. Maka, diapun mengulangi apa yang saya lakukan, menarik badannya ke posisi semula.
Alhasil kepala kami berdua sama-sama... maju cantik mundur cantik, sampai pipi kami saling bertemu. Kocak! Suami saya yang melihat adegan itu spontan tertawa melihat kelakuan kami. Dan kamipun akhirnya ikut tertawa lepas, menghapus rasa malu.
Berbeda dengan saya, suami saya  justru tidak suka melakukan kebiasaan ini. Tidak nyaman, katanya. Nah, beberapa bulan yang lalu, ia diundang acara reuni teman-teman kecilnya. Kebetulan saya diajak untuk ikut mendampingi. Sampai di tempat reuni, kami sedikit terlambat.
Salah satu teman laki-lakinya menyambut kedatangan suami saya dengan ber-cipika cipiki. Refleks suami saya ngeles dari pipi yang disodorkan temannya itu. Ia hanya menjabat erat tangan temannya. Sang temanpun terlihat kikuk luar biasa. Mungkin merasa ditolak juga...
            Untunglah kekakuan itu cepat cair karena salah satu teman yang datang nyeletuk, “Dia itu sama seperti saya, enggak suka cipika cipiki! Maklum, bukan pejabat…” kemudian diikuti tawa teman-teman lainnya.
Suasanapun menjadi cair. Kami tertawa bersama. Akhirnya pembicaraan reuni itu dibuka dengan tema cipika cipiki.
            Harusnya, sih, memang tidak ada masalah jika bertemu teman dengan atau tanpa cipika cipiki. Rasa nyaman tidak bisa dipaksakan. Yang penting, kan, silaturahminya.


-o0o-

Sunday, August 7, 2016

Cernak Majalah Bobo Edisi 16 th. 2016: Teman Terbaik

Tulisan dari tugas kelas Kurcaci Pos. Cernak rasa Majalah Girls. Waktu itu, DL tinggal beberapa  jam lagi, sebelum mas Baim pergi jumataan.

Ide masih sepenggal. Dipaksa nulis. Ending cerita ditulis pakai HP di angkot menuju sekolah anak untuk POG. Sampai di depan gerbang sekolah, jadilah cerita Teman Terbaik. Send to pak guru
*Efek  DL  memang kereen...

Naskah ini sudah sempat mengantri lama di email Majalah Girls. Belum sempat ditengok editor, majalahnya kadung ditutup. Maka, terbanglah naskah ini ke email redaksi Bobo di awal bulan 2016. Dan...  Alhamdulillah dimuat  ^.^



Ilustrator: Agus




 Majalah Bobo Edisi 16 tahun 2016
Terbit 28 Juli 2016





Saturday, July 30, 2016

Cernak Majalah Bobo Edisi15 th.2016: Makhluk Kecil Tanpa Rambut

Setelah sempat vakum nulis cernak karena habis liburan, so ide tulisan yang dibuat pun rada-rada aneh. Tentang tuyul. 

Lha...Tuyul?? Iya   T U Y U L
Ceritanya, selama kami liburan sekitar hampir semingguan, driver yang mengantar kami kemana-mana, setiap harinya bercerita tentang  tuyul yang ditangkap di kampungnya. Serem juga sih...

Tringg... *tiba-tiba lampu ide menyala
Pengen dong idenya dijadiin cermis anak. Tapi,  cerita tuyul pasti  bakal kurang pas buat dibaca anak-anak. So... dibuatlah sedemikian rupa, jadi cerita anak dan dikirim ke Majalah Bobo
Nah, mungkin karena kadar misterinya kurang, dimasukkanlah oleh editor Bobo ke kategori cerpen Bobo.

Mau baca cerita tuyul?  Hayuuk...


Ilustrator: Irman





Majalah Bobo Edisi 15 Tahun.2016
Terbit tanggal 21 Juli 2016


Sempat googling, judul cerita ini pernah dijadikan bahan skripsi untuk mahasiswa Unsoed dengan tema psikologi perkembangan anak. Alhamdulillah, lebih bermanfaat...






Tuesday, July 26, 2016

Dongeng Majalah Bobo Edisi 14 Th.2016: Kebijaksanaan Tuan Weston

Yup... ini dongeng terfavorit yang pernah saya tulis. Berawal saat  suami bercerita tentang buku yang sedang dibacanya saat itu.  Buku Legenda China Sam Kok. Isinya tentang berbagai kisah strategi menaklukan musuh  di jaman perang waktu itu. Sayang, saya sendiri belum sempat membacanya.

Salah  satu strategi yang sangat bijaksana, saya coba kemas dalam  bentuk cerita anak. Jadilah sebuah dongeng  realis "Kebijaksanaan Tuan Weston."

Mudah-mudahan pesan di dalamnya bisa bermanfaat untuk pembaca cerita ini...



Ilustrator cerita: Melani



Majalah Bobo Edisi  14, th.2016
Terbit tanggal 14 Juli 2016




Wednesday, July 20, 2016

Dongeng Nusantara Bertutur: Pohon Bambu yang Berguna


Yippie... Cerita anak pertama yang mejeng di Kompas Klasika. Seneng banget pastinya... Setelah berkali-kali coba kirim cerita pendek ke Nusantara Bertutur, baru cerita ini yang akhirnya dimuat.

Terinspirasi dari pohon bambu di samping rumah yang ditebang semena-mena. Jadi terpikir ide untuk membuat dongeng tentang si pohon bambu. Dan, Alhamdulillah si  pohon bambu bisa hadir di koran nasional. Terima kasih kakak Nubi... :)


Kompas Klasika, Nusantara Bertutur, 
Terbit 17 Juli 2016


Pohon Bambu yang Berguna
Oleh. Ruri Irawati

                Hari ini Pak Yunus memanen buah pepaya muda dan buah nangka masak dari kebunnya yang cukup luas di desa Petir, Kabupaten Bogor. Kebun itu ditanami pohon nangka, pohon pepaya, pohon kelapa, singkong dan jagung. Di pinggir kebun  tampak beberapa rumpun pohon bambu yang juga sengaja ditanam oleh Pak Yunus.
            “Aku senang sekali jika Pak Yunus memanen buahku. Buah yang masih muda ataupun sudah masak, sama-sama sangat disukai oleh keluarga Pak Yunus. Pasti hari ini Bu Yunus memasak sayur asam yang lezat,” ujar Pohon Pepaya riang.
            “Begitupun aku! Hari ini buahku yang tua dan manis rasanya dinikmati oleh keluarga Pak Yunus,” timpal Pohon Nangka.
            “Aku tahu, semua tanaman di kebun ini adalah tanaman yang berguna untuk Pak Yunus. Itu sebabnya ia menanam kita. Daun singkong itu sering dipetik oleh Bu Yunus dan sebentar lagi singkongnya bisa dipanen. Begitu juga jagung yang dipanen lalu dijual Pak Yunus. Waah, senangnya bisa berguna untuk Pak Yunus dan keluarganya, ya, kata Pohon Pepaya lagi.
            “Eh, aku melihat ada satu tanaman yang ditanam oleh Pak Yunus, tapi tak pernah dirawat ataupun dipanen. Sampai sekarang aku bahkan tak tahu apa gunanya tanaman itu ada di kebun ini,” Pohon Pepaya menunjuk ke arah rerimbunan pohon bambu.
            “Maksudmu Bambu itu? Si Pohon Bambu itu kadang menghalangi kita mendapatkan sinar matahari. Seharusnya Pak Yunus membersihkannya saja dari kebun ini,tanggap Pohon Nangka.
            Tentu saja Pohon Bambu yang mendengarkan pembicaraan itu menjadi sedih. Ia merasa sejak ditanam, sampai tunas-tunasnya besar, Pak Yunus memang tak pernah menengoknya sekalipun. Pohon Bambu merasa dirinya tak berguna.
            Pada sore hari, ternyata hujan turun dengan sangat derasnya disertai angin kencang menyambar-nyambar. Badai angin yang datang tentu saja membuat para pohon tinggi ketakutan. Mereka bisa saja roboh dalam sekejap diterpa angin.
            “Duh, aku takut badanku tumbang!” teriak Pohon Nangka.
            “Iya, aku juga. Badanku kan ringkih,” timpal Pohon Pepaya.
Namun demikian, si Pohon Bambu yang rimbun ternyata berusaha dengan sekuat tenaganya menahan terpaan angin kencang yang datang di kebun. Dengan tubuhnya yang lentur, ia berhasil menyelamatkan pohon-pohon lain di kebun itu. Padahal, banyak pohon besar di dekat kebun Pak Yunus yang tumbang diterpa badai angin.
            Pohon Pepaya dan Pohon Nangka sangat berterima kasih pada Pohon Bambu. Mereka meminta maaf karena telah mengejek Pohon Bambu sebagai tanaman yang tak berguna. Pohon Bambu pun merasa senang. Akhirnya ia tahu kalau ia pun bisa bermanfaat seperti pohon-pohon lainnya.
-TAMAT-

Pesan Moral:

Setiap mahluk hidup diciptakan Tuhan dengan mempunyai kelebihan yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan sesamanya. Oleh karena itu, jika kita mempunyai kelebihan, jangan pernah merasa sombong. Mari saling menghargai dan melengkapi dengan sesama

Dongeng versi lengkap dengan audio bisa dilihat di web arsip dongeng Nusantara Bertutur
http://print.kompas.com/iklan/klasika/nusantarabertutur/arsip/20160717-pohon-bambu-yang-berguna.html

Note:
Naskah ini dijadikan bahan penelitian dalam makalah Ekoliterasi dengan Kepedulian Lingkungan dalam sastra anak..
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/8908/i9.pdf?sequence=1&isAllowed=y



Saturday, July 16, 2016

Cernak Majalah Bobo Edisi 13 th.2016: Delman Istimewa


Ini naskah yang spesial. Karena naskah ini sudah melanglang kemana-mana. Pernah  diposting di jumat  hangat paberland, cernak ini saya kirimkan ke koran lokal. Ngga ada  respon dari koran lokal satu, saya  coba kirim ke koran lokal lainnya. Bahkan sampai beberapa koran lokal, belum juga ketemu jodohnya. 

Dari ditulisnya naskah ini  tahun 2014, akhirnya Des 2015 saya coba peruntungannya ke  Majalah Bobo. Ternyata memang di Majalah Bobo-lah  jodohnya. Akhirnya 'Delman   Istimewa' bisa  hadir di Majalah Bobo.  Alhamdulillah...



Ilustrator: Irman





Majalah Bobo Edisi 13 tahun 2016
Terbit 7 Juli 2016



           



Saturday, February 20, 2016

Dongeng Majalah Bobo Edisi 45: Ujian untuk Peri Aira

Majalah  Bobo  edisi  45 ini, spesial buat  saya. Edisi ini memuat  dua dongeng saya. Dan keduanya  hasil memeras ide  di kelas Kurcaci Pos, Mas  Bambang  Irwanto. 

Naskah ini cukup lama menanti untuk dimuat. Hampir satu tahun lamanya! Yup,  sabar menanti datang juga rejekinya untuk naskah  ini... 

Yuk yuk dibaca  teman-teman....  :)    



Ilustrator: Diani



Majalah Bobo Edisi 45
Terbit 10 Feb 2016