Tuesday, November 7, 2017

Resensi Buku dimuat di Harian Singgalang 5 november 2017: Kekuatan Cinta untuk Sang Bunda

Buku Aku Sayang Bunda ini, memang sudah lama saya cari dari beberapa tahun yang lalu. Semenjak belajar menulis di kelas merah jambu, mbak Nurhayati Pujiastuti sudah menyebut judul ini. Teman-teman lain pun menyebut buku ini ceritanya direkomendasikan untuk belajar menulis cerita anak. Tapi sayang, bukunya sudah tidak lagi beredar di pasaran.

Beberapa bulan yl, tidak sengaja saya melihat cover buku ini muncul lagi di status FB Penerbit Indiva. Saya coba ajukan permintaan reward dari resensi buku Indiva yang lain. Dan, alhamdulillah... terima kasih kakak Indiva sudah mengirim buku Aku Sayang Bunda dan Zia Anak Hebat karya Kak Linda Satibi, ke rumah saya.

Dan memang tidak salah... Buku ini cocok sekali untuk direkomendasikan.... Berikut resensinya...



Kekuatan Cinta untuk Sang Bunda

 

Judul               :  Aku Sayang Bunda
Penulis             :  Nurhayati Pujiastuti
Penyunting      :  Ririen Djoemadi
Penerbit           :  Penerbit Lintang Indiva
Tahun              :  Cetakan 4 - Desember, 2016
Tebal               :  96 halaman
ISBN               :  978-602-8277-36-5

            Bagi sebagian anak, sosok ibu tiri masih dianggap sebagai sosok yang menyeramkan. Cerita-cerita tentang sosok ibu tiri yang kejam, begitu melekat di benak anak-anak. Padahal tak semua ibu tiri memperlakukan anak-anaknya dengan tidak baik. Salah satunya ibu tiri yang merawat Nayla.
            Awalnya Nayla tak percaya akan cerita Wati, temannya, yang mengatakan kalau bundanya sekarang bukanlah bunda betulan (halaman 7). Nayla yakin, bundanya terlalu baik untuk menjadi seorang ibu tiri. Tapi setelah mencari tahu, Nayla mendapati bahwa ia memang mempunyai bunda lain, selain bunda yang kini tinggal bersama dan merawatnya. Bunda betulan, bunda yang mengandung dan melahirkannya.
            Cerita terus bergulir. Nayla mencoba mencari keberadaan bunda betulannya. Nayla akhirnya mengetahui kalau ternyata bunda betulannya adalah seseorang yang berpenyakit jiwa. Bundanya harus selalu dikurung karena sering mengamuk, berteriak dan melotot menyeramkan. Bahkan bundanya itu menjadi bahan ejekan anak-anak, sehingga membuat Nayla menangis. Dan yang menyedihkan, neneknya bahkan tak mau memberikan pengobatan untuk bundanya. Walaupun takut dan malu, tapi sebagai seorang anak Nayla juga ingin membantu sang bunda. Dengan kemampuan Nayla sebagai seorang anak-anak, ia berusaha untuk membuat sang bunda untuk mendapatkan pengobatan yang layak (halaman 60).
            Tak banyak kita temui buku yang berkisah dengan tema masalah berat yang dihadapi oleh seorang anak, seperti masalah yang dihadapi oleh Nayla. Bagi seorang anak, mengetahui memiliki ibu kandung yang berpenyakit jiwa tentu bukanlah perkara mudah. Namun penulis cerita, Nurhayati Pujiastuti, mampu mengemas kisah yang berat itu menjadi sebuah kisah yang inspiratif untuk anak-anak.
            Novel fiksi anak ini, ceritanya mengalir lincah. Di setiap akhir bab selalu ada bagian cerita yang membuat penasaran untuk membuka bab selanjutnya. Di akhir cerita, pembaca dapat menangkap banyak pesan. Diantaranya, bahwa anggapan umum tentang ibu tiri belumlah tentu benar. Dan pesan yang paling inspiratif adalah, bahwa setiap anak punya kekuatan untuk bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya walau berat sekalipun. Kekuatan itu berasal dari dalam hati berupa rasa kasih sayang.
            Tak heran jika novel anak islami ini menjadi pemenang cerita fiksi anak terbaik IKAPI IBF (Islamic Book Fair) tahun 2012. Novel ini terus dicetak ulang dari tahun pertama penerbitan 2012 sampai sekarang mencapai cetakan ke-empat. Oleh karenanya, novel ini sungguh sayang untuk dilewatkan. Selamat membaca…