Sunday, August 14, 2016

Gado-Gado Majalah Femina Edisi 31 Th. 2016: Cipika Cipiki


Naskah ini ditulis sudah cukup lama, sekitar hampir setahun yang lalu. Sempat dikirim ke majalah sebelah, tapi tak berkabar. Lalu, ditariklah naskah ini. Permak sedikit, Alhamdulillah berjodoh di Rubrik Gado-Gado, Femina.

Dan moment dimuatnya bertepatan dengan acara ketemuan beberapa teman di kelas Merah Jambu dan ibu guru. So, semakin lengkap  dan berkesanlah tulisan dan acara cipika cipiki-nya.



Majalah Femina Edisi 31Tahun 2016
Terbit tanggal 4-12  Agustus 2016


Cipika Cipiki
Oleh: Ruri Irawati

            Bersilaturahmi dengan saudara maupun teman. tidaklah lengkap rasanya kalau tanpa ber-cipika cipiki. Apalagi jika bersilaturahmi dengan teman atau saudara akrab yang jarang ketemu. Rasanya seperti menumpahkan rasa kangen yang memenuhi dada...
            Seingat saya, kebiasaan cipika cipiki ini belum terlalu lama jadi meluas seperti belakangan ini. Tadinya, sun pipi kanan sun pipi kiri ini juga bukan kebiasaan saya. Tetapi karena seringnya saya lakukan di kala bertemu teman atau saudara, lama kelamaan ber-cipika cipiki ini menjadi suatu gerakan refleks untuk saya. Tiap ketemu teman sun pipi kiri dan kanan.
Namun, ada satu kejadian yang sempat membuat saya malu hati karenanya. Secara tidak sengaja saya bertemu seorang teman lama di sebuah mall. Saya dan dia tak seberapa dekat memang, tapi saya mengenalinya dengan baik. Seingat saya, dulu kami pernah mengaji di tempat yang sama.. Saya panggil namanya, dia menengok dan tersenyum. Nah, benar kan dia!
            “Assalamualaikum… bagaimana kabarnya? Sehat?” tanya saya menjabat tangannya sambil menyodorkan pipi kanan saya.
Beberapa detik dia tidak merespon ajakan cipika cipiki saya. Mungkin masih mengingat-ingat wajah saya. Hmmm...
Merasa tak ada respon, refleks saya menarik balik tubuh saya yang sudah terlanjur condong ke depan. Kikuk rasanya! Tapi sedetik kemudian ternyata teman saya itu ganti mencondongkan pipinya ke arah saya, sementara kepala saya sudah saya tarik ke belakang. Maka, diapun mengulangi apa yang saya lakukan, menarik badannya ke posisi semula.
Alhasil kepala kami berdua sama-sama... maju cantik mundur cantik, sampai pipi kami saling bertemu. Kocak! Suami saya yang melihat adegan itu spontan tertawa melihat kelakuan kami. Dan kamipun akhirnya ikut tertawa lepas, menghapus rasa malu.
Berbeda dengan saya, suami saya  justru tidak suka melakukan kebiasaan ini. Tidak nyaman, katanya. Nah, beberapa bulan yang lalu, ia diundang acara reuni teman-teman kecilnya. Kebetulan saya diajak untuk ikut mendampingi. Sampai di tempat reuni, kami sedikit terlambat.
Salah satu teman laki-lakinya menyambut kedatangan suami saya dengan ber-cipika cipiki. Refleks suami saya ngeles dari pipi yang disodorkan temannya itu. Ia hanya menjabat erat tangan temannya. Sang temanpun terlihat kikuk luar biasa. Mungkin merasa ditolak juga...
            Untunglah kekakuan itu cepat cair karena salah satu teman yang datang nyeletuk, “Dia itu sama seperti saya, enggak suka cipika cipiki! Maklum, bukan pejabat…” kemudian diikuti tawa teman-teman lainnya.
Suasanapun menjadi cair. Kami tertawa bersama. Akhirnya pembicaraan reuni itu dibuka dengan tema cipika cipiki.
            Harusnya, sih, memang tidak ada masalah jika bertemu teman dengan atau tanpa cipika cipiki. Rasa nyaman tidak bisa dipaksakan. Yang penting, kan, silaturahminya.


-o0o-

2 comments:

Maria Soraya said...

selamaaat yak mbak ruri, favoritku rubrik gado-gado

Ruri Irawati said...

terima kasih mbak. Suka sama Gado Gadonya mbak Maria Soraya juga. Gado Gado memang enak ya mbak... #eh