Monday, March 13, 2017

Resensi Buku di Harian Kabar Madura 09 Maret 2017: Saat Anak Belajar Menerima Ketidaksempurnaan

Ini  adalah resensi dari buku serial PECI (Penulis  Cilik Indonesia - Seri Pendidikan Akhlak untuk Anak) terbitan Lintang Indiva Media Kreasi. Berjudul: Jangan Bersedih Lisha. Ditulis oleh banyak penulis-penulis cilik salah satunya Mbarep-saya, Rubee Putri. Judul ceritanya Dongeng-Dongeng Sabrina.

Alhamdulillah dimuat di harian Kabar Madura tanggal 09 Maret  2017. Buat teman-teman yang mau koleksi buku ini, yuk dibaca dulu resensinya...




Saat Anak Belajar Menerima Ketidaksempurnaan


Judul               :  Jangan Bersedih Lisha
Penulis             :  Maulidya Risti F dan kawan-kawan
Penerbit           :  Lintang, Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi
Tahun              :  2016
Tebal               :  128 halaman
ISBN               :  978-602-633-404-6

            Bagaimana rasanya tiba-tiba kehilangan tiga jari tangan? Itulah yang dialami oleh Lisha, tokoh dalam Buku Serial Penulis Cilik (Peci) berjudul ‘Jangan Bersedih Lisha’. Tentu saja Lisha merasa tak sempurna. Ia tidak bisa lagi mengetik dan menulis dengan sempurna. Cita-citanya menjadi penulis harus dikubur dalam-dalam.
            Namun kehadiran saudara sepupunya, Nayya, membuat Lisha perlahan-lahan berubah. Dengan berbagai cara Nayya membantu Lisha untuk tidak terpuruk dengan keadaannya. Salah satunya adalah dengan memberikan buku ‘Menulis Mudah dengan Tujuh Jari’ untuk Lisha agar mau mencoba menulis lagi.
            Ternyata memang tak semudah yang Lisha dan Nayya bayangkan. Walaupun sudah berusaha mencoba, namun Lisha masih menemui kegagalan saat mencoba menggunakan jari-jarinya untuk menulis. Tapi Nayya tidak kehilangan akal. Sampai akhirnya sesuatu pemberian Nayya, menyentuh hati Lisha untuk bangkit dari kesedihannya.           
            Kisah ini selain mempunyai alur cerita yang kuat, pesan yang disampaikannya pun cukup dalam. Bahwa selalu ada jalan untuk meraih impian walaupun penuh dengan rintangan. Ketidak sempurnaan fisik adalah salah satu rintangan yang harus dilalui. Man Jadda wajada! Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil (halaman 12).
            Salah satu kisah lainnya bercerita tema persahabatan antara Sabrina dan seorang temannya bernama Nisa. Sabrina adalah seorang siswa yang suka mendongeng tapi tidak bisa menuliskan dongeng-dongengnya. Sedangkan Nisa adalah siswa yang dikenal sering menjuarai lomba-lomba menulis. Awalnya mereka hanya berteman di dalam satu klub menulis. Konflik pun terjadi saat mereka harus berkompetisi untuk tampil dalam acara peringatan hari Maulid Nabi SAW. Namun ternyata kompetisi itu malah membuat mereka menjadi sahabat yang saling menolong sekaligus memicu mereka untuk terus mengembangkan bakat yang mereka miliki (halaman 34).
            Kisah itu memberi pesan pada pembacanya bahwa berkompetisi tidak  identik dengan bermusuhan. Dengan adanya lawan dalam berkompetisi, akan menambah semangat untuk terus belajar mengasah bakat dan kemampuan.  
            Buku serial ini merupakan kumpulan cerpen yang ditulis oleh penulis-penulis cilik berumur 12-14 tahun. Selain dua cerita di atas, terdapat delapan cerita menarik lainnya, yang berkisah tentang berbagai permasalahan yang dialami oleh anak-anak dan pra remaja. Dengan ide-ide yang cerdas, para penulis cilik itu mampu memberikan contoh bagaimana menyelesaikan konflik dengan baik. Selain menghibur, pembaca dapat menemukan kisah-kisah yang sarat akan nilai-nilai pendidikan akhlak, tentunya tanpa merasa digurui.   


Diresensi oleh Ruri Irawati, penulis dan pembaca cerita anak

2 comments:

Unknown said...

Wah Rubee Putri udah banyak ya karyanya, yang tua ini jadi malu deh (>_<)
Selamat mbak Ruri, terus berkarya, salam untuk Rubee Putri jug, semoga semakin bersinar :-)

Ruri Irawati said...

Terima kasih mbak Husnul... Aamin... Doa yang sama untuk karya-karyanya mbak Husnul :)