Wednesday, July 20, 2016

Dongeng Nusantara Bertutur: Pohon Bambu yang Berguna


Yippie... Cerita anak pertama yang mejeng di Kompas Klasika. Seneng banget pastinya... Setelah berkali-kali coba kirim cerita pendek ke Nusantara Bertutur, baru cerita ini yang akhirnya dimuat.

Terinspirasi dari pohon bambu di samping rumah yang ditebang semena-mena. Jadi terpikir ide untuk membuat dongeng tentang si pohon bambu. Dan, Alhamdulillah si  pohon bambu bisa hadir di koran nasional. Terima kasih kakak Nubi... :)


Kompas Klasika, Nusantara Bertutur, 
Terbit 17 Juli 2016


Pohon Bambu yang Berguna
Oleh. Ruri Irawati

                Hari ini Pak Yunus memanen buah pepaya muda dan buah nangka masak dari kebunnya yang cukup luas di desa Petir, Kabupaten Bogor. Kebun itu ditanami pohon nangka, pohon pepaya, pohon kelapa, singkong dan jagung. Di pinggir kebun  tampak beberapa rumpun pohon bambu yang juga sengaja ditanam oleh Pak Yunus.
            “Aku senang sekali jika Pak Yunus memanen buahku. Buah yang masih muda ataupun sudah masak, sama-sama sangat disukai oleh keluarga Pak Yunus. Pasti hari ini Bu Yunus memasak sayur asam yang lezat,” ujar Pohon Pepaya riang.
            “Begitupun aku! Hari ini buahku yang tua dan manis rasanya dinikmati oleh keluarga Pak Yunus,” timpal Pohon Nangka.
            “Aku tahu, semua tanaman di kebun ini adalah tanaman yang berguna untuk Pak Yunus. Itu sebabnya ia menanam kita. Daun singkong itu sering dipetik oleh Bu Yunus dan sebentar lagi singkongnya bisa dipanen. Begitu juga jagung yang dipanen lalu dijual Pak Yunus. Waah, senangnya bisa berguna untuk Pak Yunus dan keluarganya, ya, kata Pohon Pepaya lagi.
            “Eh, aku melihat ada satu tanaman yang ditanam oleh Pak Yunus, tapi tak pernah dirawat ataupun dipanen. Sampai sekarang aku bahkan tak tahu apa gunanya tanaman itu ada di kebun ini,” Pohon Pepaya menunjuk ke arah rerimbunan pohon bambu.
            “Maksudmu Bambu itu? Si Pohon Bambu itu kadang menghalangi kita mendapatkan sinar matahari. Seharusnya Pak Yunus membersihkannya saja dari kebun ini,tanggap Pohon Nangka.
            Tentu saja Pohon Bambu yang mendengarkan pembicaraan itu menjadi sedih. Ia merasa sejak ditanam, sampai tunas-tunasnya besar, Pak Yunus memang tak pernah menengoknya sekalipun. Pohon Bambu merasa dirinya tak berguna.
            Pada sore hari, ternyata hujan turun dengan sangat derasnya disertai angin kencang menyambar-nyambar. Badai angin yang datang tentu saja membuat para pohon tinggi ketakutan. Mereka bisa saja roboh dalam sekejap diterpa angin.
            “Duh, aku takut badanku tumbang!” teriak Pohon Nangka.
            “Iya, aku juga. Badanku kan ringkih,” timpal Pohon Pepaya.
Namun demikian, si Pohon Bambu yang rimbun ternyata berusaha dengan sekuat tenaganya menahan terpaan angin kencang yang datang di kebun. Dengan tubuhnya yang lentur, ia berhasil menyelamatkan pohon-pohon lain di kebun itu. Padahal, banyak pohon besar di dekat kebun Pak Yunus yang tumbang diterpa badai angin.
            Pohon Pepaya dan Pohon Nangka sangat berterima kasih pada Pohon Bambu. Mereka meminta maaf karena telah mengejek Pohon Bambu sebagai tanaman yang tak berguna. Pohon Bambu pun merasa senang. Akhirnya ia tahu kalau ia pun bisa bermanfaat seperti pohon-pohon lainnya.
-TAMAT-

Pesan Moral:

Setiap mahluk hidup diciptakan Tuhan dengan mempunyai kelebihan yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan sesamanya. Oleh karena itu, jika kita mempunyai kelebihan, jangan pernah merasa sombong. Mari saling menghargai dan melengkapi dengan sesama

Dongeng versi lengkap dengan audio bisa dilihat di web arsip dongeng Nusantara Bertutur
http://print.kompas.com/iklan/klasika/nusantarabertutur/arsip/20160717-pohon-bambu-yang-berguna.html

Note:
Naskah ini dijadikan bahan penelitian dalam makalah Ekoliterasi dengan Kepedulian Lingkungan dalam sastra anak..
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/8908/i9.pdf?sequence=1&isAllowed=y



No comments: