Buku KKPK Luks Magic Cookies ini adalah buku cetakan ke sekian kalinya dari pertama cetak tahun 2010. Itu sebabnya di cover buku disebut sebagai Gold Edition.
Saya cukup penasaran, dengan isi buku cerita anak yang dicetak berulang-ulang. Ternyata, setelah membuka buku ini, memang tak heran, mengapa buku KKPK ini menjadi best seller.
Ide-ide cerita yang ada di dalamnya membuat saya tercenung. Imajinasi anak memang ajaib! Saya, sebagai orang dewasa yang senang menulis cerita anak, banyak belajar dari ide-ide cerita di buku ini. Salut untuk kakak-kakak editor Penerbit Mizan, yang sudah menangkap dan memberi wadah untuk ide-ide ajaib para penulis cilik KKPK.
Sedikit ulasan buku ini, dimuat di Radar Sampit 02 Juli 2017
Menangkap Imajinasi Anak yang Tak
Terbatas
Judul : Magic Cookies
Penulis : Muthia Fadhila Khairunnisa (Thia), dkk
Penyunting : Ridwan Fauzy dan Yuni Mulyawati
Penerbit : Dar! Mizan
Tahun :
Edisi II, Cetakan I, Maret 2017
Tebal : 168 halaman
ISBN :
978-602-420- 166-1
Tak bisa dipungkiri bahwa imajinasi
anak-anak begitu luas dan tak terbatas. Buku serial KKPK (Kecil-Kecil Punya
Karya) hadir, menjadi wadah dari imajinasi dan kreatifitas mereka. Penulis
cilik yang pertama kali mengusung lahirnya serial KKPK adalah Sri Izzati, yang
akhirnya diikuti oleh penulis-penulis cilik lainnya.
Saat penulis-penulis cilik itu kini
beranjak remaja, nama-nama baru bermunculan menghadirkan ide-ide baru yang terus
menyemarakkan serial buku KKPK. Istimewanya, penulis-penulis baru itu semula
hanya menjadi pembaca buku anak.
Tentunya serial buku KKPK kini sudah
tak asing lagi di tengah anak-anak Indonesia. Cerita-cerita baru serial ini
selalu dinantikan kehadirannya di toko buku untuk menjadi teman bacaan
sekaligus koleksi di rak buku mereka. Bahkan beberapa judul buku pun mengalami
cetak ulang karena terus dicari oleh penggemar ciliknya. Salah satunya adalah
buku serial KKPK Luks berjudul Magic Cookies.
Keistimewaan dari serial KKPK Luks
Magic Cookies adalah berisi cerpen-cerpen yang merupakan hasil seleksi dari 71
karya peserta pelatihan penulisan KKPK di Bandung dan Jakarta. 20 cerita yang
terseleksi tentu saja merupakan cerita-cerita yang asyik dengan ide
menakjubkan. Tak mengherankan apabila buku ini terus menerus dicetak ulang dan
berganti edisi cover sampai sekarang.
Seperti salah satunya adalah cerita
tentang seorang anak bernama Alifia Cookies yang suka sekali memakan kue. Tapi
sayangnya, ia tak pernah membantu ibunya membuat kue. Kesukanya hanya makan dan
makan menghabiskan kue-kue buatan ibunya. Suatu saat, ia memakan kue ajaib dan
terdampar di negeri kue (halaman 43).
Awalnya Alifia merasa senang berada
di dunia ajaib negeri kue, dimana kue yang selalu dilahapnya tak pernah habis.
Namun lama-lama, ia menjadi bosan, dan ingin kembali ke dunia aslinya. Ia ingin
kembali bertemu dengan ibu.
Ternyata tak semudah itu untuk
kembali. Ibu Peri penyuka brownies
memberi syarat pada Alifia untuk membuat sebuah rumah cookies. Pekerjaan yang tidak mudah dilakukan seorang diri. Tentu
Alifia terpaksa berlelah-lelah untuk membuatnya. Dari situ Alifia sadar, kalau
ibunya pasti kelelahan untuk menyiapkan kue-kue yang setiap hari selalu
dihabiskannya. (halaman 46).
Selain ide ceritanya yang luar
biasa, cerita ini mengandung pesan sederhana yang dapat dipetik oleh
pembacanya. Bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, diperlukan
adanya usaha untuk menggapainya.
Cerita lainnya dengan ide unik adalah
kisah tentang doa yang buruk. Bercerita tentang seorang anak laki-laki bernama
Adolf yang tidak menyukai teman sekelasnya yang sombong dan jahil. Suatu kali,
anak jahil itu mendorong tubuh Adolf sampai kepalanya terbentur pintu loker.
Tentu saja Adolf yang merasa kesakitan menjadi marah. Ia mendoakan sesuatu yang
buruk pada teman jahilnya itu.
Namun saat pelajaran agama, Adolf
membaca buku agama tentang doa di sebuah paragraf, Jika
kamu mendoakan sesuatu yang baik, Malaikat akan mengaminkan, lalu berkata, “Dan
bagimu juga!” Begitu juga sebaliknya (halaman 99). Adolf yang tadi sudah
sempat mendoakan sesuatu yang buruk pada temannya, menjadi resah. Adolf tak
ingin doanya akan kembali pada dirinya.
Saat hendak mencari temannya untuk
meminta maaf, ternyata doanya terkabul. Sesuatu menabraknya, persis seperti isi
doa untuk temannya itu. Rasa marah di hati Adolf membuat ia lupa dan kembali
menggerutu, “Awas, ya. Aku doakan kamu jadi katak!” (halaman 100).
Lalu mungkinkan
Adolf ikut berubah menjadi katak?
Cerita itu menunjukkan imajinasi
penulis cilik yang patut diapresiasi. Selain itu, pesan yang terselip di
dalamnya cukup dalam. Penulis ingin mengajak teman-teman pembacanya agar tidak
memelihara dendam di dalam hati.
Masih ada 18 cerita asyik lainnya
yang sayang untuk dilewatkan. Tentunya, selain menghibur cerita-cerita itu bisa
menginspirasi anak-anak Indonesia agar gemar membaca dan lebih semangat untuk
berkarya.