Showing posts with label Resensi Kabar Madura. Show all posts
Showing posts with label Resensi Kabar Madura. Show all posts

Wednesday, July 12, 2017

Resensi Buku dimuat di Kabar Madura 05 Juli 2017: Menyelami Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram

Buku ini bacaannya pak misua, yang kebetulan tergeletak di meja kamar. Nggak sengaja ikutan baca, ternyata banyak nilai-nilai sederhana yang bisa diambil dari buku ini.

Berikut cacatan kecilnya, dibuat semacam resesnsi. Coba kirim ke media, alhamdulillah dimuat di Kabar Madura.



Menyelami Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram


Judul               :  Ki Ageng Suryomentaram, Sang Plato dari Jawa
Penulis             :  Ratih Sarwiyono
Penerbit           :  Cemerlang Publishing
Tahun              :  Cetakan Pertama 2017
Tebal               :  200 halaman
ISBN               :  978-602-1348-55-0

            Sebagai seorang pangeran dari istana Kraton Yogyakarta, RM. Kudiarmaji yang kemudian diberi gelar Pangeran Suryomentaram, selalu hidup dalam kegelisahan bathin yang luar biasa. Sekalipun ia kaya dan berkuasa, namun itu tidak membuat ia merasa menjadi manusia normal. Sebagaimana Pengeran Sidharta Gautama, ia merasa terkungkung oleh kemegahan dan kemewahan hingga tidak bisa merasakan kehidupan yang sesungguhnya. 
            Untuk menemukan jati dirinya, keluarlah Pangeran Suryomentaram dari kraton dan tinggal di desa Bringin, Salatiga, sebagai petani biasa. Di desa itu, ia lebih bebas berpikir dan merenung. Bahkan saat ia mengayunkan cangkul di ladang, terpikir olehnya akan kemurahan Tuhan yang melimpahkan kesuburan pada manusia. Sehingga tugas dirinya sebagai manusia adalah dapat mengolah tanah subur itu dengan ilmu dan ketekunan hingga menghasilkan bahan makanan yang nikmat bagi dirinya dan sesama manusia lainnya (halaman 12).
            Pemikiran-pemikiran KiAgeng Suryomentaram sungguh berbeda dengan pemikiran tokoh-tokoh budaya lain di masa itu yang lebih percaya akan mitos. Pemikiran filosofisnya rasional jauh dari mistisisme, sebagaimana Plato pemikir kritis dari Yunani abad 3 SM. Seorang ahli sejarah dari Universitas Paris bernama Marcell Boneff bahkan telah mempelajari pemikiran Ki Ageng secara lengkap, kemudian  menulis buku dalam bahasa Perancis, berjudul ‘Ki Ageng  Suryomentaram, Prince et Philoshope Javanais’ (halaman 13).     
            Ki  Ageng Suryomentaram meninggalkan sebuah warisan yang sangat berharga, yaitu kawruh pangawikan pribadi, atau  kawruh jiwa. Sebuah pengetahuan agar manusia dapat melepaskan segala atribut duniawi sehingga dapat menemukan kebahagiaan dan ketentraman yang sejati. Buku ini ditulis untuk menyampaikan tentang ilmu kebahagiaan atau kawruh beja yang dirumuskan oleh Ki  Ageng Suryomentaram yang sempat dicatat oleh murid-muridnya, para aktivis Taman Siswa.
            Menurut Ki Ageng, benih dari ilmu pengetahuan adalah  “Rasa” di dalam jiwa manusia (halaman 27). Untuk mendapatkan kebahagiaan diawali dengan pemahaman tentang pengetahuan diri sebagai manusia yang memiliki “rasa”.  
            Pada dasarnya, manusia itu semuanya sama, mempunyai “rasa” sebentar senang, sebentar susah, sebentar senang, sebentar susah, demikian seterusnya (halaman 68). “Rasa” itu dialami oleh seluruh manusia dan bersifat abadi sepanjang hidup. Apabila manusia dapat memahami sifat dari “rasa” itu, maka bebaslah ia dari penderitaan iri hati dan sombong dan kemudian bisa masuk surga ketentraman. Artinya dalam segala hal, ia akan bertindak secukupnya, semestinya dan sebenarnya (halaman 82). Keinginan-keinginan manusia yang tidak terlaksana pun, dapat terlepas dari penyesalan dan kekhawatiran.
            Ki Ageng Suryomentaram menyebut kesadaran manusia terbagi menjadi 4 dimensi. Dimensi pertama adalah tukang rekam. Manusia merekam hal-hal di luar diri melalui inderanya dan hal-hal di dalam diri melalui “rasa”. Kesadaran dimensi kedua adalah menganggap rekaman-rekaman itu (kumpulan informasi) sebagai dirinya. Sedangkan dimensi ketiga yaitu menganggap egonya sebagai diri. Dan yang terakhir adalah kesadaran bahwa dirinya bukan sekedar ego, tetapi menjadi Pengawas atau Saksi dari setiap kejadian yang dialaminya (halaman 117-118). Dimensi ke-empat itulah yang membuat derajat manusia bertambah tinggi karena ia akan selalu merasa menjadi saksi atas perbuatan-perbuatannya. Apabila dimensi ke-empat sudah tercapai, maka manusia akan merasakan kedamaian dalam menjalani kehidupannya.    

            Dalam buku ini, penulis berusaha memaparkan pemikiran-pemikiran filosofis sederhana Ki Ageng Suryomentaram melalui contoh-contoh tindakan, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahaminya. Bahkan Marcell Boneff pun mengakui, bahwa pemikiran Ki Ageng Suryomentaram sangat penting sebagai pencerahan dalam  membentuk  pribadi yang cerdas dan cendekia, tanpa kehilangan kepribadian timurnya. 

Thursday, June 15, 2017

Resensi Buku Anak Serial Cuaca (Fifa Dila - Tiga Ananda): Mendekatkan Anak pada Sains

Dapat kiriman buku anak dari penulis cerita anak favorit, itu rasanya senang banget. Mbak Fifa Dila, yang karyanya udah sudah sering banget dimuat di Majalah Bobo. Dan sekarang, bisa baca tulisannya dalam bentuk buku berseri.

Buku cerita anak Serial Cuaca ini jelas berbeda. Karena isinya bercerita tentang sains sederhana yang ditujukan untuk anak-anak 5-8 tahun. Ilmu pengetahuan tentang cuaca ini dikemas menarik, sehingga anak-anak nggak bosan membuka dan membuka lagi lembaran buku ini. Ilmunya dapat, anak-anak juga suka... Good job buat penulisnya, Mbak Fifa Dila...

Terima kasih dan sukses buat bukunya ya... 😊







Mendekatkan Sains pada Anak

 
Judul               :  Serial Cerita Cuaca - Hujan
Penulis             :  FiFadila
Penyunting      :  Yenni Saputri
Penerbit           :  Tiga Ananda
Tahun              :  Cetakan I, Maret 2017
Tebal               :  36 halaman
ISBN               :  978-602-366- 265-4

            Cuaca adalah salah satu peristiwa alam yang sangat dekat dengan kita. Kehadirannya memberi dampak yang cukup besar untuk kelangsungan kehidupan di muka bumi. Pada satu sisi, akan membawa berkah dan manfaat yang luas, namun di sisi lain dapat menjadi bencana yang merugikan untuk kehidupan. Mengenalkan tentang cuaca pada anak-anak, akan memberi manfaat yang besar bagi mereka.
            Salah satu fenomena cuaca yang tak asing bagi anak-anak adalah hujan. Hadirnya hujan membawa kegembiraan saat bisa bermain di tengah-tengahnya. Asalkan dalam kondisi badan yang baik dan tidak berlama-lama, bermain dalam hujan tentu sangat mengasyikkan. Namun, selain menikmati hujan, anak-anak perlu mengetahui asal muasal hadirnya hujan. Buku ini hadir untuk membantu anak-anak mengenal dan  mengetahui tentang banyak hal mengenai hujan. Tentunya dengan bahasa yang sederhana, efektif, mudah dipahami dan menyenangkan.   
             Dengan tokoh dan sudut pandang butiran hujan, anak-anak diajak untuk melakukan perjalanan bersama menyusuri siklusnya. Diawali dengan jatuhnya butiran air dari langit yang tertampung di sebuah awan yang besar (halaman 10). Butiran hujan yang jatuh ke permukaan bumi terus berpetualang di dalam tanah, aliran sungai hingga lautan dan akhirnya kembali lagi menjadi sebuah awan yang besar. Selain itu, tokoh butiran hujan juga bercerita tentang manfaatnya yang besar untuk kehidupan di permukaan bumi (halaman 20). Tak ketinggalan, butiran hujan juga memberi pesan akan bahaya yang mungkin bisa terjadi apabila manusia tidak menjaga lingkungannya (halaman 28).
            Dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik dan berwarna-warni, petualangan tokoh si butiran hujan menjadi semakin asyik untuk diikuti. Cerita dikemas untuk dapat dinikmati dan dipahami oleh anak-anak rentang usia 5-8 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan, anak-anak diluar rentang umur itu juga dapat menikmati isi buku dan memperkaya wawasan tentang peritiwa alam cuaca khususnya hujan. Asyiknya lagi di dalam buku ini tersedia aktifitas eksperimen sederhana yang bisa dilakukan oleh anak-anak bersama orangtua, terkait dengan pembentukan hujan.
           Buku ini merupakan salah satu judul dari rangkaian seri cerita cuaca yang layak untuk dikoleksi. Terutama untuk menambah wawasan sains pada anak-anak dengan cara yang asyik dan menyenangkan. 

Dimuat di Harian Kabar Madura, 14 Juni 2017

Wednesday, May 24, 2017

Resensi Buku dimuat di Harian Kabar Madura 19 Mei 2017: Keteladanan Sahabat Rasul dalam Cerita Berima

Sebagai penggemar buku-buku Kang Iwok Abqary, senang sekali saat mendapat reward resensi dari Penerbit Mizan, buku karyanya.

Si anak tengah suka sekali bacanya, sambil mencoba-coba membuat kalimat berima... lucu juga...
Dan ternyata memang asyik, membaca cerita berima itu. Kalimat-kalimatnya pendek dan efektif, tapi cerita tetap menarik...
Berikut resensi lengkapnya... :)






Keteladanan Sahabat Rasul dalam Cerita Berima

 
Judul               :  Cerita Berima 25 Sahabat Rasul
Penulis             :  Ridwan Abqary
Penyunting      :  Dadan Ramadhan
Penerbit           :  Dar! Mizan
Tahun              :  Cetakan I, 2017
Tebal               :  108 halaman
ISBN               :  978-602-420- 278-1

            Menanamkan minat baca pada anak, perlu dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Baik penerbit maupun penulis buku anak terus mengupayakan konsep buku yang dapat diterima dan disukai oleh anak. Sementara itu, tugas orangtua dan para pendidiklah yang akhirnya memilih isi buku mana yang cocok dan menyenangkan untuk anak-anaknya.
             Konsep cerita berima adalah salah satu upaya penulis anak membuat cerita yang berbeda dan menyenangkan. Akhiran kalimat yang berbunyi sama, bisa membuat anak tersenyum gembira karena terasa lucu dan unik. Selain itu, dengan kalimat berima, apa yang dibaca oleh anak akan lebih mudah tersimpan dalam memori otaknya.
            Seperti cerita dalam buku ini, penulis ingin menggambarkan para Sahabat Rasul di dalam  kalimat-kalimat yang pendek dan berima. Tak hanya mengenalkan sebatas nama, tapi di dalamnya berisi cerita kisah hidup dan juga karakter Sahabat Rasul yang bisa diteladani oleh anak.  
            Menjadi khalifah pertama setelah Rasulullah wafat. Dipilih umat secara mufakat. Abu Bakar dipercaya memegang amanat. Meneruskan perjuangan Rasulullah yang belum tamat (halaman 10).
            Bait itu adalah bagian dari kisah pembuka buku ini, berjudul Abu Bakar Pahlawan Besar. Sebagai khalifah pertama, dikisahkan bahwa Abu Bakar adalah Sahabat Rasul yang terus bersemangat dan pantang menyerah, menyebarkan dakwah untuk  meneruskan perjuangan Rasulullah.
            Kisah Umar Penyabar menceritakan Umar bin Khatab yang menjadi khalifah kedua. Diceritakan bahwa awalnya Umar bin Khatab adalah orang yang sangat memusuhi umat Islam, bahkan ingin melukai Rasulullah. Namun saat mendengar alunan suara Al-Quran, hati Umar sangat tersentuh. Akhirnya Umar bin Khatab mengucapkan syahadat dan mengemban tugas menyebarkan Islam di muka dunia (halaman 14).
            Khalifah ketiga adalah Ustman bin Affan. Beliau mempunyai sifat dermawan. Dengan hartanya yang melimpah, Ustman selalu bersedekah. Tak ketinggalan, jasa besar Ustman dalam membukukan Al-Quran selalu tercatat dalam sejarah (halaman 18).
            Sebagai khalifah keempat, Ali bin Abu Thalib dikisahkan sebagai pemimpin yang peduli akan umatnya. Selain itu beliau dikenal sebagai orang yang jujur dan selalu berbuat kebaikan. Itu sebabnya, Ali selalu dicintai oleh umatnya (halaman 22).       
            Semua kisah keempat khalifah mengandung nilai-nilai yang menjadi teladan untuk anak-anak. Selain kisah empat orang Khulafaur Rasyidin, masih ada 21 judul kisah berima Sahabat Rasul lainnya. Setiap judulnya hanya terdiri dari empat sampai lima bait. Dan dalam satu bait terdiri dari empat kalimat berima. Namun dengan rangkaian kalimat-kalimat berima yang cukup pendek, sangat efektif dalam menceritakan keteladanan Sahabat Rasul.
            Tak hanya membuat aktivitas membaca menjadi lebih menyenangkan, kisah-kisah Sahabat Rasul dalam buku ini dapat menambah wawasan dan menjadi teladan untuk anak-anak tercinta.
                 

Diresensi oleh Ruri Irawati, Pembaca dan Penulis Cerita Anak  

Monday, March 13, 2017

Resensi Buku di Harian Kabar Madura 09 Maret 2017: Saat Anak Belajar Menerima Ketidaksempurnaan

Ini  adalah resensi dari buku serial PECI (Penulis  Cilik Indonesia - Seri Pendidikan Akhlak untuk Anak) terbitan Lintang Indiva Media Kreasi. Berjudul: Jangan Bersedih Lisha. Ditulis oleh banyak penulis-penulis cilik salah satunya Mbarep-saya, Rubee Putri. Judul ceritanya Dongeng-Dongeng Sabrina.

Alhamdulillah dimuat di harian Kabar Madura tanggal 09 Maret  2017. Buat teman-teman yang mau koleksi buku ini, yuk dibaca dulu resensinya...




Saat Anak Belajar Menerima Ketidaksempurnaan


Judul               :  Jangan Bersedih Lisha
Penulis             :  Maulidya Risti F dan kawan-kawan
Penerbit           :  Lintang, Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi
Tahun              :  2016
Tebal               :  128 halaman
ISBN               :  978-602-633-404-6

            Bagaimana rasanya tiba-tiba kehilangan tiga jari tangan? Itulah yang dialami oleh Lisha, tokoh dalam Buku Serial Penulis Cilik (Peci) berjudul ‘Jangan Bersedih Lisha’. Tentu saja Lisha merasa tak sempurna. Ia tidak bisa lagi mengetik dan menulis dengan sempurna. Cita-citanya menjadi penulis harus dikubur dalam-dalam.
            Namun kehadiran saudara sepupunya, Nayya, membuat Lisha perlahan-lahan berubah. Dengan berbagai cara Nayya membantu Lisha untuk tidak terpuruk dengan keadaannya. Salah satunya adalah dengan memberikan buku ‘Menulis Mudah dengan Tujuh Jari’ untuk Lisha agar mau mencoba menulis lagi.
            Ternyata memang tak semudah yang Lisha dan Nayya bayangkan. Walaupun sudah berusaha mencoba, namun Lisha masih menemui kegagalan saat mencoba menggunakan jari-jarinya untuk menulis. Tapi Nayya tidak kehilangan akal. Sampai akhirnya sesuatu pemberian Nayya, menyentuh hati Lisha untuk bangkit dari kesedihannya.           
            Kisah ini selain mempunyai alur cerita yang kuat, pesan yang disampaikannya pun cukup dalam. Bahwa selalu ada jalan untuk meraih impian walaupun penuh dengan rintangan. Ketidak sempurnaan fisik adalah salah satu rintangan yang harus dilalui. Man Jadda wajada! Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil (halaman 12).
            Salah satu kisah lainnya bercerita tema persahabatan antara Sabrina dan seorang temannya bernama Nisa. Sabrina adalah seorang siswa yang suka mendongeng tapi tidak bisa menuliskan dongeng-dongengnya. Sedangkan Nisa adalah siswa yang dikenal sering menjuarai lomba-lomba menulis. Awalnya mereka hanya berteman di dalam satu klub menulis. Konflik pun terjadi saat mereka harus berkompetisi untuk tampil dalam acara peringatan hari Maulid Nabi SAW. Namun ternyata kompetisi itu malah membuat mereka menjadi sahabat yang saling menolong sekaligus memicu mereka untuk terus mengembangkan bakat yang mereka miliki (halaman 34).
            Kisah itu memberi pesan pada pembacanya bahwa berkompetisi tidak  identik dengan bermusuhan. Dengan adanya lawan dalam berkompetisi, akan menambah semangat untuk terus belajar mengasah bakat dan kemampuan.  
            Buku serial ini merupakan kumpulan cerpen yang ditulis oleh penulis-penulis cilik berumur 12-14 tahun. Selain dua cerita di atas, terdapat delapan cerita menarik lainnya, yang berkisah tentang berbagai permasalahan yang dialami oleh anak-anak dan pra remaja. Dengan ide-ide yang cerdas, para penulis cilik itu mampu memberikan contoh bagaimana menyelesaikan konflik dengan baik. Selain menghibur, pembaca dapat menemukan kisah-kisah yang sarat akan nilai-nilai pendidikan akhlak, tentunya tanpa merasa digurui.   


Diresensi oleh Ruri Irawati, penulis dan pembaca cerita anak