Dan moment dimuatnya bertepatan dengan acara ketemuan beberapa teman di kelas Merah Jambu dan ibu guru. So, semakin lengkap dan berkesanlah tulisan dan acara cipika cipiki-nya.
Majalah Femina Edisi 31Tahun 2016
Terbit tanggal 4-12 Agustus 2016
Cipika Cipiki
Oleh:
Ruri Irawati
Bersilaturahmi
dengan saudara maupun teman. tidaklah lengkap rasanya kalau tanpa ber-cipika cipiki. Apalagi
jika bersilaturahmi dengan teman atau saudara akrab yang jarang ketemu. Rasanya seperti
menumpahkan rasa kangen yang memenuhi
dada...
Seingat saya, kebiasaan cipika cipiki
ini belum terlalu lama jadi meluas seperti belakangan ini. Tadinya,
sun pipi kanan sun pipi kiri ini juga bukan kebiasaan saya. Tetapi karena seringnya
saya lakukan di kala bertemu teman atau saudara, lama kelamaan ber-cipika cipiki ini menjadi suatu gerakan refleks untuk saya. Tiap ketemu teman sun pipi kiri dan kanan.
Namun, ada satu kejadian yang sempat membuat saya malu
hati karenanya. Secara tidak sengaja saya
bertemu seorang
teman lama di sebuah mall. Saya dan dia tak seberapa
dekat memang, tapi saya mengenalinya
dengan baik. Seingat saya, dulu kami pernah mengaji di
tempat yang sama.. Saya panggil namanya, dia menengok dan tersenyum. Nah, benar kan dia!
“Assalamualaikum…
bagaimana kabarnya? Sehat?” tanya saya menjabat tangannya sambil menyodorkan
pipi kanan saya.
Beberapa detik dia tidak merespon ajakan cipika cipiki
saya. Mungkin masih mengingat-ingat wajah saya. Hmmm...
Merasa tak ada respon, refleks saya menarik balik tubuh saya yang sudah terlanjur condong ke
depan. Kikuk rasanya! Tapi sedetik kemudian ternyata teman saya itu ganti
mencondongkan pipinya ke arah saya, sementara kepala saya sudah saya tarik ke
belakang. Maka, diapun mengulangi apa yang saya lakukan, menarik badannya ke posisi
semula.
Alhasil kepala kami berdua sama-sama... maju cantik mundur cantik, sampai pipi kami saling
bertemu. Kocak! Suami saya yang melihat
adegan itu spontan tertawa melihat kelakuan kami. Dan kamipun
akhirnya ikut tertawa lepas, menghapus rasa malu.
Berbeda dengan saya, suami saya justru tidak suka melakukan kebiasaan ini.
Tidak nyaman, katanya. Nah, beberapa bulan yang lalu, ia diundang acara reuni
teman-teman kecilnya. Kebetulan saya diajak untuk ikut mendampingi. Sampai di tempat
reuni, kami sedikit terlambat.
Salah satu teman laki-lakinya menyambut kedatangan suami saya dengan
ber-cipika cipiki.
Refleks suami
saya ngeles dari pipi yang disodorkan temannya itu. Ia hanya menjabat erat
tangan temannya. Sang temanpun terlihat kikuk luar biasa. Mungkin merasa ditolak juga...
Untunglah kekakuan itu cepat cair karena salah satu teman yang
datang nyeletuk, “Dia itu sama seperti saya, enggak suka cipika cipiki!
Maklum, bukan pejabat…” kemudian diikuti tawa teman-teman lainnya.
Suasanapun menjadi cair. Kami tertawa bersama. Akhirnya pembicaraan reuni
itu dibuka dengan tema cipika cipiki.
Harusnya, sih, memang tidak ada masalah jika bertemu teman dengan atau tanpa cipika cipiki. Rasa nyaman tidak bisa dipaksakan. Yang penting, kan, silaturahminya.
-o0o-
2 comments:
selamaaat yak mbak ruri, favoritku rubrik gado-gado
terima kasih mbak. Suka sama Gado Gadonya mbak Maria Soraya juga. Gado Gado memang enak ya mbak... #eh
Post a Comment