Alhamdulillah dimuat di harian Kabar Madura tanggal 09 Maret 2017. Buat teman-teman yang mau koleksi buku ini, yuk dibaca dulu resensinya...
Saat Anak Belajar Menerima Ketidaksempurnaan
Judul : Jangan Bersedih Lisha
Penulis : Maulidya Risti F dan kawan-kawan
Penerbit : Lintang, Kelompok Penerbit Indiva Media
Kreasi
Tahun :
2016
Tebal : 128 halaman
ISBN :
978-602-633-404-6
Bagaimana rasanya tiba-tiba kehilangan
tiga jari tangan? Itulah yang dialami oleh Lisha, tokoh dalam Buku Serial
Penulis Cilik (Peci) berjudul ‘Jangan Bersedih Lisha’. Tentu saja Lisha merasa
tak sempurna. Ia tidak bisa lagi mengetik dan menulis dengan sempurna.
Cita-citanya menjadi penulis harus dikubur dalam-dalam.
Namun kehadiran saudara sepupunya,
Nayya, membuat Lisha perlahan-lahan berubah. Dengan berbagai cara Nayya
membantu Lisha untuk tidak terpuruk dengan keadaannya. Salah satunya adalah
dengan memberikan buku ‘Menulis Mudah dengan Tujuh Jari’ untuk Lisha agar mau
mencoba menulis lagi.
Ternyata memang tak semudah yang
Lisha dan Nayya bayangkan. Walaupun sudah berusaha mencoba, namun Lisha masih
menemui kegagalan saat mencoba menggunakan jari-jarinya untuk menulis. Tapi Nayya
tidak kehilangan akal. Sampai akhirnya sesuatu pemberian Nayya, menyentuh hati Lisha
untuk bangkit dari kesedihannya.
Kisah ini selain mempunyai alur
cerita yang kuat, pesan yang disampaikannya pun cukup dalam. Bahwa selalu ada
jalan untuk meraih impian walaupun penuh dengan rintangan. Ketidak sempurnaan
fisik adalah salah satu rintangan yang harus dilalui. Man Jadda wajada! Barang
siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil (halaman 12).
Salah satu kisah lainnya bercerita tema
persahabatan antara Sabrina dan seorang temannya bernama Nisa. Sabrina adalah seorang
siswa yang suka mendongeng tapi tidak bisa menuliskan dongeng-dongengnya.
Sedangkan Nisa adalah siswa yang dikenal sering menjuarai lomba-lomba menulis. Awalnya
mereka hanya berteman di dalam satu klub menulis. Konflik pun terjadi saat
mereka harus berkompetisi untuk tampil dalam acara peringatan hari Maulid Nabi
SAW. Namun ternyata kompetisi itu malah membuat mereka menjadi sahabat yang
saling menolong sekaligus memicu mereka untuk terus mengembangkan bakat yang
mereka miliki (halaman 34).
Kisah itu memberi pesan pada
pembacanya bahwa berkompetisi tidak identik dengan bermusuhan. Dengan adanya lawan
dalam berkompetisi, akan menambah semangat untuk terus belajar mengasah bakat
dan kemampuan.
Buku serial ini merupakan kumpulan
cerpen yang ditulis oleh penulis-penulis cilik berumur 12-14 tahun. Selain dua
cerita di atas, terdapat delapan cerita menarik lainnya, yang berkisah tentang berbagai
permasalahan yang dialami oleh anak-anak dan pra remaja. Dengan ide-ide yang cerdas,
para penulis cilik itu mampu memberikan contoh bagaimana menyelesaikan konflik
dengan baik. Selain menghibur, pembaca dapat menemukan kisah-kisah yang sarat
akan nilai-nilai pendidikan akhlak, tentunya tanpa merasa digurui.
Diresensi oleh Ruri Irawati, penulis dan
pembaca cerita anak
2 comments:
Wah Rubee Putri udah banyak ya karyanya, yang tua ini jadi malu deh (>_<)
Selamat mbak Ruri, terus berkarya, salam untuk Rubee Putri jug, semoga semakin bersinar :-)
Terima kasih mbak Husnul... Aamin... Doa yang sama untuk karya-karyanya mbak Husnul :)
Post a Comment