Di tingkat pusat diadakan lomba penyusunan buku bahan bacaan anak, sementara untuk khusus provinsi Jawa Barat, lomba yang diadakan adalah lomba kepenulisan cerpen anak. Naskah-naskah pemenang akan digabungkan menjadi buku.
Berhubung syaratnya membuat cerpen, tertariklah saya untuk ikut meramaikan lomba itu. Setelah membaca syarat di flyer, rupanya masih belum tergambar jelas bentuk naskah yang harus dikirimkan.
Kasak kusuk lah saya, tanya sana tanya sini... Salah satunya mbak Yayan Harari, yang sempat menjadi salah satu pemenang tingkat pusat. Dapatlah saya gambaran bentuk naskah yang akan ditulis... (makasih ya mbak Yayan... :)
Tapi masih bingung juga, bolehkan mengirim bentuk non fiksi? Bertanyalah saya ke panitia via sms. Dua jawaban yang berbeda membuat saya tambah bingung lagi. Bertanyalah saya pada Kang Iwok, penulis yang berdomisili di Jawa Barat dan sepertinya berminat untuk mengikuti lomba. Dari Kang Iwok saya mendapatkan jawaban untuk membuat cerita fiksi saja. Hatur nuhun, Kang Iwok :)
Sebetulnya saya sempat menulis sedikit naskah non fiksi kisah tokoh terkenal Jawa Barat. Tapi karena nggak dapat feel-nya, belum sempat selesai, naskah itu saya tinggalkan. Menulislah saya cerita anak fiksi seperti yang biasa saya tulis untuk majalah.
Ide cerita pertama, saya ambil dari orang-orangan sawah, yang kalau di daerah Sunda disebut bebegig sawah. Terus terang, saya suka dengan konsep dari bebegig sawah. Dibuat untuk menjaga padi di sawah dengan cara menakut-nakuti burung pengganggu padi. Namun supaya cerita menjadi agak berbeda, saya membuat POV dari si bebegig sawah yang karakternya sedikit bandel, cerdik dan suka memprovokasi sahabat kecilnya, Ilham. Cerita ini diberi judul Ki Begik Penjaga Sawah dengan tema perubahan sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan. Diringi doa, terbanglah Ki Begik menuju Bandung dan mendarat di meja juri.
Lega dan puas setelah mengirim via pos, sampai rumah tetiba terpikirkan ide baru. Masih dengan POV benda, saya mengetik lagi naskah tentang rumah panggung (rumah adat sunda) yang suka bercerita. Namanya Imah. Ia bercerita tentang dirinya yang menemani dan menaungi Nini Amih, seorang perempuan tua yang tinggal sendirian saja. Sesuai temanya, rumah tradisional sunda, naskah itu saya beri judul Imah Nini Amih. Bismillah.... Syuuut... naskah kedua pun melesat menuju tempat panitia lomba.
Tanggal 14 pun tiba. Sampai siang hari, saya tunggu pengumuman di beranda FB tak kunjung ada berita. Penasaran, saya buka web http://balaibahasajabar.web.id. Dan ternyata, hasilnya penilaian juri sudah diposting di sana. Daan... alhamdulillah, baik Ki Begik maupun Imah, keduanya membawa kabar gembira. Naskah itu berhasil masuk menjadi pemenang favorit no.9 dan 13.
Senangnya lagi, melihat nama teman-teman penulis yang dikenal, muncul disalam daftar. Ada Kang Iwok yang menjadi pemenang harapan 1 dan ada teman MJ mbak Hamidah Jauhary yang juga menjadi pemenang favorit untuk 2 naskah. Dengan senang hati saya pun menyampaikan kabar gembira pada mereka.
Di tangggal 28 Juli, saya pun berangkat menuju kantor Balai Bahaa Jawa Barat untuk mengambil hadiah. Kata panitia, hadiah harus diambil langsung karena tdak bisa ditransfer atau dikirim. Alhamdulillah di Bandung saya masih sempat bertemu dengan Kang Iwok. Saya memesan dua bukunya yang baru saja terbit plus tanda tangannya. Keasyikan ngobrol, terus pulang ke rumah masing-masing dan lupa deh foto-foto bareng penulis senior. Mudah-mudahan lain waktu ada kesempatan lagi pertemuan dengan penulis-penulis produktif. Buat saya, itu menginspirasi.
Dan ini dia oleh-olehnya dari Bandung...
Selanjutnya, tinggal menunggu naskah-naskah terpilih itu dibukukan dan disebar ke SD-SD di Jawa Barat. Semoga Ki Begik dan Imah bisa disukai dan bermanfaat banyak untuk anak-anak khususnya di Jawa Barat. Aamiin...
2 comments:
wihh selamat ya Kak Ruri. senengnya naskah aku juga bisa bersanding dengan para penulis senior :) sampai sekarang bukunya sudah diterbitkan belum ya? penasaran ih :D
Wah... selamat juga Kak Sekar Palupi... Semoga kalau sudah terbit, para penulisnya dihubungi oleh panitia, ya, Kak.
Post a Comment