Yippie... Cerita anak pertama yang mejeng di Kompas Klasika. Seneng banget pastinya... Setelah berkali-kali coba kirim cerita pendek ke Nusantara Bertutur, baru cerita ini yang akhirnya dimuat.
Terinspirasi dari pohon bambu di samping rumah yang ditebang semena-mena. Jadi terpikir ide untuk membuat dongeng tentang si pohon bambu. Dan, Alhamdulillah si pohon bambu bisa hadir di koran nasional. Terima kasih kakak Nubi... :)
Kompas Klasika, Nusantara Bertutur,
Terbit 17 Juli 2016
Pohon Bambu yang Berguna
Oleh. Ruri Irawati
Hari ini Pak Yunus
memanen buah pepaya muda dan buah nangka masak dari kebunnya yang
cukup luas di desa Petir, Kabupaten Bogor. Kebun itu ditanami pohon nangka,
pohon pepaya, pohon kelapa, singkong dan jagung. Di pinggir kebun tampak beberapa rumpun pohon bambu yang juga
sengaja ditanam oleh Pak Yunus.
“Aku senang sekali jika Pak Yunus memanen buahku. Buah
yang masih muda ataupun sudah masak, sama-sama sangat disukai oleh keluarga Pak
Yunus. Pasti hari ini Bu Yunus memasak sayur asam yang lezat,” ujar
Pohon Pepaya riang.
“Begitupun aku! Hari ini buahku yang tua dan manis
rasanya dinikmati oleh keluarga Pak Yunus,” timpal Pohon Nangka.
“Aku tahu, semua tanaman di kebun ini adalah tanaman yang
berguna untuk Pak Yunus. Itu sebabnya ia menanam kita. Daun singkong itu sering
dipetik oleh Bu Yunus dan sebentar lagi singkongnya bisa dipanen. Begitu juga
jagung yang dipanen lalu dijual Pak Yunus. Waah, senangnya bisa berguna untuk
Pak Yunus dan keluarganya, ya,” kata
Pohon Pepaya lagi.
“Eh, aku melihat ada satu tanaman yang ditanam oleh Pak
Yunus, tapi tak pernah dirawat ataupun dipanen. Sampai sekarang aku bahkan tak
tahu apa gunanya tanaman itu ada di kebun ini,” Pohon Pepaya menunjuk ke arah
rerimbunan pohon bambu.
“Maksudmu Bambu itu? Si Pohon Bambu
itu kadang menghalangi kita mendapatkan sinar matahari. Seharusnya
Pak Yunus membersihkannya saja dari kebun ini,” tanggap Pohon Nangka.
Tentu saja Pohon Bambu yang mendengarkan pembicaraan itu
menjadi sedih. Ia merasa sejak ditanam, sampai tunas-tunasnya besar, Pak Yunus
memang tak pernah menengoknya sekalipun. Pohon Bambu merasa dirinya tak
berguna.
Pada sore hari, ternyata
hujan
turun dengan sangat derasnya disertai
angin kencang menyambar-nyambar. Badai angin yang datang
tentu saja membuat para pohon tinggi ketakutan. Mereka bisa saja roboh dalam
sekejap diterpa angin.
“Duh, aku takut
badanku tumbang!” teriak Pohon Nangka.
“Iya, aku juga.
Badanku kan ringkih,” timpal Pohon Pepaya.
Namun demikian, si Pohon Bambu yang rimbun ternyata berusaha dengan sekuat tenaganya menahan terpaan angin
kencang yang datang di kebun. Dengan tubuhnya yang
lentur, ia berhasil menyelamatkan pohon-pohon lain di kebun itu. Padahal, banyak pohon besar di dekat
kebun Pak Yunus yang tumbang diterpa badai angin.
Pohon Pepaya dan Pohon Nangka sangat berterima kasih pada
Pohon Bambu. Mereka meminta maaf karena telah mengejek Pohon Bambu sebagai
tanaman yang tak berguna. Pohon Bambu pun merasa senang. Akhirnya
ia tahu kalau ia pun bisa bermanfaat seperti pohon-pohon lainnya.
-TAMAT-
Pesan Moral:
Setiap mahluk hidup diciptakan Tuhan
dengan mempunyai kelebihan yang
bisa bermanfaat bagi dirinya dan sesamanya. Oleh karena itu, jika kita
mempunyai kelebihan, jangan
pernah merasa sombong. Mari saling menghargai dan melengkapi dengan sesama.
Dongeng versi lengkap dengan audio bisa dilihat di web arsip dongeng Nusantara Bertutur
http://print.kompas.com/iklan/klasika/nusantarabertutur/arsip/20160717-pohon-bambu-yang-berguna.html
Note:
Naskah ini dijadikan bahan penelitian dalam makalah Ekoliterasi dengan Kepedulian Lingkungan dalam sastra anak..
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/8908/i9.pdf?sequence=1&isAllowed=y