Berikut resensinya yang dimuat di Jateng Pos 16 April 2017:
Mengenalkan Islam dengan Asyik dan Menyenangkan
Judul : New Islam For Kids
Penulis : Irfan Amalee
Penyunting : Dadan Ramadhan, Asih Gandana dan Ridwan Fauzy
Penerbit : Dar! Mizan
Tahun :
Edisi III, Cetakan I, Januari 2017
Tebal : 192 halaman
ISBN :
978-602-420- 162-8
Metode mengenalkan pelajaran agama
islam pada anak-anak yang sampai sekarang masih diterapkan adalah dengan cara
menghafal. Beberapa anak bahkan yang mempunyai kelemahan untuk melakukan proses
hafalan, ikut dipaksa agar mengikuti metode yang sudah umum dilakukan.
Berangkat dari pengalaman itu,
penulis buku Irfan Amalee, menyusun buku New Islam for Kids. Menurutnya, metode
hafalan hanya akan menghasilkan anak yang pandai menghafal saja, namun tidak
serta merta membuat anak enggan berbohong karena selalu merasa diawasi Allah,
misalnya.
Buku ini hadir untuk anak yang ingin
mempelajari islam, bukan hanya sekedar hafalan. Apalagi di masa kanak-kanak,
seorang anak akan belajar melalui apa yang ditangkap oleh inderanya. Namun, di
dalam pelajaran agama justru banyak sekali hal-hal realitas yang tidak dapat
tertangkap indera, mencakup Allah, malaikat dan hari kiamat. Melalui gaya
bertutur mengajak anak-anak memasuki dunia cerita, buku ini dapat menggambarkan
hal-hal yang bersifat konsep, menjadi contoh perilaku dalam keseharian.
Di awal buku ini, penulis mengisahkan
cerita yang mengajak anak-anak untuk ikut masuk ke dalam ruangan yang gelap.
Bagaimana ya, rasanya jika kita tinggal di tempat yang gelap untuk selamanya?
(halaman 12). Dalam gelap, bisa saja terjadi hal-hal yang dapat mencelakakan
diri, seperti kaki terantuk meja atau kepala terbentur dinding. Lalu munculah
tokoh Kak Rama yang membawa lilin ke ruangan itu. Kak Rama bercerita bahwa ibarat
lilin, agama islam adalah penerang untuk kehidupan. Tentu agar tidak terjerumus
pada perbuatan buruk yang dapat mencelakakan diri sendiri dan orang lain
(halaman 13).
Saat menerangkan rukun iman kepada
Allah, tokoh Kak Rama menceritakan tentang keberadaan aliran listrik. Anak-anak tidak bisa melihat listrik
yang mengalir, tapi bisa merasakan bahwa berkat aliran listrik, televisi,
setrika dan alat elektronik lainnya bisa menyala. Begitupun, anak-anak yang
bertanya apakah Allah bisa dilihat. Kak Rama menjawab, bahwa Allah ada dengan
melihat berbagai ciptaan-Nya dan dengan merasakan keagungan-Nya (halaman 26).
Rukun islam yang pertama atau
kalimah syahadat dikupas dalam bentuk cerita yang berjudul Janjiku pada Allah
SWT. Dikisahkan seorang anak yang sudah berjanji pada teman-temannya untuk
tidak datang terlambat seperti kebiasaanya. Namun ternyata ia tidak menepati
janjinya, lagi-lagi terlambat dan membuat teman-temannya merasa dirugikan.
Dalam cerita ini, penulis mengingatkan bahwa kita juga sering berjanji kepada Allah
dan Rasul. Bahkan diucapkan lebih dari lima kali dalam sehari dalam kalimat
syahadat. Syahadat artinya persaksian, pengakuan atau ikrar setia. Dengan
mengucapkan kalimah syahadat, berarti kita sudah berjanji untuk mentaati semua
peraturan yang dibuat oleh Allah dan Rasul dengan cara menjalankan perintah-Nya
(halaman 63-64).
Satu per satu rukun iman dan rukun
islam dikenalkan kepada anak-anak dan dikupas dalam kemasan cerita yang asyik
untuk dibaca. Pada akhirnya contoh-contoh perilaku keseharian itu bisa membuat
anak-anak dengan mudah mencerna hal yang tidak tertangkap indera.
Tak ketinggalan, melalui tokoh Kak
Rama, penulis juga menghadirkan cerita tentang sejarah islam. Dari mulai
munculnya islam, sejarah perjuangan Nabi Muhammad, sampai masa kejayaan islam
dikisahkan dalam cerita yang berjudul Jejak-Jejak Dasyat (halaman 167). Dengan
memahami sejarah islam, anak-anak dapat menyadari bahwa agama Islam membawa
peranan besar dalam perkembangan peradaban manusia. Dari situ akan muncul
kebanggaan dalam diri anak, sebagai bagian dari sejarah Islam.