Saya paling suka cerita ini,terutama bagian openingnya. Begitu khas anak-anak. Cerita ini ditulis tugas kelas MJ tema tumbuhan obat. Naskah cerita teman-teman dikelas dengan tema ini, kebanyakan sudah tayang di Majalah Bobo. Saya sendiri mencoba peruntungan naskah ini ke Koran Berani. Koran anak yang bisa didapatkan hanya dengan berlangganan.
Sayangnya,saat dimuat bukti terbit tak kunjung datang. Untungnya, perpustakaan di sekolah anak-anak saya berlangganan Koran Berani.
Alhamdulillah karya sudah dimuat dan dapat foto penampakannya.
Dimuat : 27 April 2015
Misteri Hilangnya Tikus Nakal
Oleh: Ruri
Irawati
“Operasi darurat 1 2 3… Operasi
darurat 1 2 3…”
“Sttt … Jangan berisik Elo! Kalau
mau ikut operasi pengejaran tikus, nggak boleh ramai suaranya. Dianya udah
kabur duluan!” kata Edo sewot.
“Bund… tuh…itu disitu Bund! Sini
sapunya… Biar Elo aja yang ngejar!” teriaknya heboh.
“Yaaah… kabur dia! Tuh kan , Elo sih berisik.. Susah lagi deh ditangkapnya. Padahal tadi dia sudah
terperangkap!”
“Ya sudah… Nggak usah dikejar.
Besok kita coba tangkap lagi kalau tikus itu kembali ke rumah kita,” kata Bunda
menengahi.
***
Belakangan ini
Bunda terlihat kesal sekali. Semenjak Ayah membuat kandang burung di halaman
rumah, segerombolan tikus-tikus nakal menyerang rumah si kembar Edo dan Elo. Seisi rumah jadi terganggu, tidak nyaman
rasanya melihat tikus berkeliaran di halaman rumah.
“Bunda,
tikus-tikus yang berkeliaran di halaman bikin rumah kita bau… mereka susah
sekali diusir, Bund...” kata Elo gemas.
“Iya, Bunda juga
pusing! Pakai racun tikus, bunda nggak tahan bau tikus mati. Coba lem tikus,
bunda nggak tega lihat tikus yang nempel di lem-nya. Pakai perangkap, wah…
ternyata mereka lebih cerdik! Bunda jadi pusing,” Bunda ganti mengomel.
“Terpaksa deh
kita buat operasi pengejaran tikus setiap hari,” lanjut Bunda.
“Kalau itu serahkan
ke kita, Bund. Tikus nakal itu bakal kita kejar sampai kena! Ya kan , Lo?” jawab Edo
semangat.
***
Hari ini, Pak
Wawan, jemputan ojek Edo dan Elo cuti
menjemput mereka pulang sekolah. Terpaksa Elo dan Edo
memutuskan untuk berjalan kaki pulang ke rumah
“Aduh, panas
sekali. Aku haus… duduk dulu yuk Do, neduh di bawah pohon itu,” kata Elo di jalan komplek dekat
rumahnya.
“Yaaah… Elo,
baru jalan segitu saja sudah minta istirahat.. Eh, ini buah apa sih hijau-hijau
begini? Bisa dimakan nggak nih?” tanya Edo
sambil jongkok untuk mengambil buah yang jatuh dari pohon tempat mereka
berteduh.
“Jangan Edo!
Jangan di ambil… Itu buah beracun, kata Bunda!” Segera Edo menarik tangannya
yang sudah hampir memegang buah itu.
“Ih… untung
belum kupengang! Memangnya itu buah apa sih?”
“Nggak tahu!
Pokoknya jangan dipegang, Bunda pernah bilang getahnya bisa bikin gatal. Kalau
di tendang sih, boleh… kita kan
pakai sepatu. Ayo kita main bola pakai buah ini, kita gocek sampai rumah kita.
Gawangnya pagar rumah ya… Yang duluan gol, itu yang menang,” ajak Elo yang
sudah hilang rasa hausnya.
“Siapa takut…”
sahut Edo langsung menendang buah yang lumayan
keras itu.
“Ah… dasar
curang!” Segera Elo menendang satu buah lagi. Merekapun pulang sekolah dengan
bersenang-senang.
***
“Anak-anak…
kalian perhatikan nggak… kayaknya empat hari belakangan ini, rumah kita bebas
dari suara tikus,” kata Bunda malam itu selepas sholat Isya.
“Iya Bund,
padahal tadi sore sudah Edo siapkan sapu buat
operasi pengejaran tikus lagi. Eh, ditunggu-tunggu, nggak nongol mereka. Sudah
pada bosan kali ke rumah kita, Bund.”
“Kalau
diingat-ingat sejak Pak Wawan libur ngejemput kita ya, Do, gerombolan tikusnya
hilang. Jangan-jangan ada hubungannya. Hmm... Mungkin, Pak Wawan libur ngojek
untuk jadi pemburu tikus?” kata Elo dengan kesimpulannya yang asal bunyi. Bunda
dan Edo tertawa.
***
Hari ini Pak
Wawan SMS, katanya sudah bisa antar jemput si kembar lagi. Pagi-pagi sekali Pak
Wawan sudah muncul di depan halaman rumah Edo
dan Elo dengan wajah yang ceria.
“Pak Wawan
kemana saja, liburnya kok lama?” tanya Bunda.
“Saya libur ngojek Bu, istri melahirkan… Alhamdulillah, kemarin sudah pulang dari Rumah Sakit,” jawab Pak Wawan dengan tawa lebar di wajahnya.
“Saya libur ngojek Bu, istri melahirkan… Alhamdulillah, kemarin sudah pulang dari Rumah Sakit,” jawab Pak Wawan dengan tawa lebar di wajahnya.
“Ohh… selamat ya
Pak Wawan…,” kata Bunda.
“Terimakasih Bu…
Wah, Ibu ngumpulkan buah bintaro ya, memang disini banyak tikus juga?” tanya
Pak Wawan sambil menunjuk buah-buah bintaro yang tergeletak di halaman rumah.
“Itu mainan Elo
dan Edo , Pak, bola-bola kami sepulang
sekolah,” sahut Elo.
“Memang apa
hubungannya sama tikus, Pak Wawan?” tanya Edo
“Wah, buah itu
buah penolak tikus, Do. Rumah Pak Wawan sudah nggak pernah didatangi tikus
semenjak Pak Wawan taruh buah-buah itu. Bau racunnya bikin tikus pusing.”
Mendengar cerita
Pak Wawan, Elo, Edo dan Bunda saling berpandangan.
“Oh… pantas saja…,“ seru mereka serempak sambil tertawa.
-o0o-